PBB, New York (Antara/Xinhua-OANA) - Organisasi Pertanian dan Pangan (FAO) pada Kamis (21/4) memperingatkan mengenai konsekuensi lingkungan hidup akibat alat penangkap ikan yang ditinggalkan dan hilang, dan menyatakan organisasi itu melancarkan upaya untuk mengurangi sampah laut tersebut.

Saat ini, peralatan itu merupakan sepersepuluh dari semua sampah laut, yang diterjemahkan menjadi ratusan ribu ton per tahun, kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric dalam satu taklimat di Markas Besar PBB, New York.

"Keprihatinan yang meningkat mengenai masalah ini, ditambah oleh meningkatnya ketersediaan teknologi baru untuk menemukan peralatan tersebut, telah membuat FAO mulai mengembangkan panduan internasional mengenai pemberian tanda alat penangkap ikan sebagai cara mengurangi jumlah sampah laut, yang mengganggu," katanya.

Peralatan penangkap ikan yang ditinggalkan seringkali terus melakukan proses penangkapan, sehingga menjerat ikan dan hewan lain laut di jaringnya, fenomena yang dikenal sebagai "hantu penangkap ikan".

Apa yang diketahui sebagai alat penangkap ikan yang ditinggalkan, hilang atau dibuang merupakan bagian besar dari semua sampah di samudra.

Sebagian besar upaya pada masa lalu untuk mengembangkan panduan internasional telah terbentuk, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang. Hampir tak ada peraturan sistematis oleh pemerintah bagi pemberian tanda kepemilikan pada alat penangkap ikan, dan tak ada peraturan internasional, panduan atau praktek bersama bagi daerah laut di luar jurisdiksi nasional.

Tapi itu mulai berubah, akibat keprihatinan yang meningkat mengenai penumpukan di perairan pantai, resiko bagi pelayaran yang aman dan kematian hewan laut secara tidak sengaja.

Pada awal April, rangkaian pertama rancangan panduan dibahas selama pertemuan para ahli yang diselenggarakan di Markas FAO di Roma, Italia. Hasilnya akan diserahkan kepada Komite FAO mengenai Perikanan pada Juli untuk dikaji dan dikeluarkannya instruksi yang berkaitan dengan langkah selanjutnya.

"Apa yang kita perlukan ialah sistem yang sederhana dan bisa dilaksanakan yang memungkinkan pengidentifikasian mudah mengenai pemilik alat, asal alat penangkap ikan dan posisi alat tersebut di perairan," kata Pejabat Industri Perikanan FAO Petri Suuronen.

"Perkembangan standar yang diakui secara internasional mengenai pemberian tanda semua alat penangkap ikan akan membantu kami untuk secara lebih baik memahami alasan bagi hilangnya alat dan pengidentifikasian langkah pencegahan yang seusia," katanya.

Saat ini, kemajuan dalam teknologi penandaan menawarkan kemungkinan baru bagi pelacakan yang efisien dan penemuan kembali alat yang hilang serta mengubah cara masalah itu ditangani.

"Nelayan juga bisa memperoleh keuntungan dari penggunaan alat baru teknologi pemberian tanda yang akan memungkinkan mereka memperkecil kehilangan potensi hasil tangkapan dan alat yang mahal, dan menghemat waktu dalam mencari alat yang hilang," kata Suuronen.(*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016