Banyuwangi (Antara Jatim) - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan saat ini peluang pasar untuk beras organik semakin terbuka lebar seiring meningkatkanya permintaan di masyarakat perkotaan.

"Secara nilai, juga lebih bagus karena harganya lebih mahal. Saat ini kelas menengah di berbagai kota terus tumbuh dan kesadaran mereka untuk mengonsumsi produk organik semakin tinggi. Ini peluang besar," katanya saat melakukan panen padi organik di Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa.

Karena itu, kata Anas, pihaknya terus mendorong para petani di daerah berjuluk "The Sunrise of Java" itu, khususnya di Banyuwangi bagian barat untuk mengembangkan tanaman organik, khususnya padi.

Di Banyuwangi, katanya, luasan persawahan padi organik saat ini mencapai 80 hektare yang teletak di sejumlah kecamatan, seperti Kalibaru, Glenmore, Genteng, Sempu, Singojuruh, Songgon, Kabat, dan Licin.

Pemkab juga telah dikembangkan plasma nutfah 20 jenis padi organik lokal yang terdiri atas 16 jenis beras merah dan 4 jenis beras hitam.

"Jenis padi lokal tersebut disilangkan. Diberi sebutan dengan nama-nama lokal, seperti beras merah Kaliweni, Kalisicaluk, Kalibaru, Supermanggis, lalu ada beras hitam Watudodol dan Watukebo," katanya.

Kepada sejumlah kelompok tani yang mengembangkan beras organik, Pemkab Banyuwangi telah mengucurkan bantuan, mulai dari alat untuk pembuatan pupuk organik sebanyak enam unit, alat tanam padi dua unit, alat pemanen satu unit, traktor tangan lima unit, pompa air dua unit, mesin perontok 10 unit, dan mesin pencacah 10 unit.

Selain itu, katanya, Pemkab Banyuwangi telah memberikan sarana dan prasana tekonlogi pertanian, termasuk pemberian pupuk dan pemberantas hama organik serta bantuan alat pencacah pupuk organik (APPO) dan membuka sekolah lapang bagi para petani.

"Dari sisi infrastruktur, kami fasilitasi saluran irigasinya," kata Anas.

Banyuwangi, sambung Anas, tahun ini mulai menggenjot luas tanam padi organik menjadi 200 hektare, termasuk dibangun lahan percobaan atau demplot dengan dukungan dana APBD.

Salah satu kelompok tani yang mengembangkan beras organik adalah Kelompok Tani Mendo Sampurno. Ketua kelompok tani tersebut, Samanhudi, mengatakan permintaan beras organik Banyuwangi sangat tinggi.

"Yang rutin di antaranya dari Bali 8 ton/bulan dan Surabaya 5 ton/bulan. Beras kami juga diekspor ke Amerika Serikat hingga 4 ton per bulan. Saat ini sedang disiapkan ekspor ke sejumlah negara, yaitu China, Qatar, dan Belanda, dengan total 100 ton," ujar Samanhudi.

Menurut dia, pengembangan padi organik cukup mudah dilakukan jika dibandingkan dengan non-organik. "Kami berkomitmen tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia dalam budi daya padi. Kami lebih memilih menggunakan agensi hayati untuk pengendalian hama. Bahkan, kami pun membuat sendiri pupuk tersebut, dari bahan endapan kedelai dan cendawan," kata Samanhudi. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016