Situbondo (Antara Jatim) - Tim Serapan Gabah atau Sergab dari Komando Distrik Militer 0823 Situbondo mendatangi para pemilik penggilingan padi sebagai langkah pendekatan dan koordinasi agar gabah yang dibeli dari petani itu dijual ke Bulog.
"Sampai 10 April serapan gabah di Situbondo memang masih minim, makanya kami turun langsung ke pemilik penggilingan padi dan para tengkulak atau pengepul yang ada di Situbondo," kata Komandan Kodim 0823/Situbondo Letkol Inf Ashari melalaui Perwira Seksi Teritorial (Pasiter) Kapten Inf Gede Darma di Situbondo, Selasa.
Ia mengemukakan Kodim selaku Ketua Tim Sergab turun langsung ke lapangan mendampingi petugas dari Badan Urusan Logistik (Bulog) Situbondo, berkoordinasi dengan tengkulak maupun pemilik penggilingan padi sehingga mereka mau menjual gabahnya ke Bulog.
Karena panen padi kali ini sudah tinggal 20 persen, katanya, untuk memenuhi target serapan gabah sebanyak 22.400 ton, Tim Sergap dan Bulog harus menggunakan cara mendatangi tengkulak dan pemilik penggilingan padi.
"Kami akui memang terlambat mendampingi Bulog dalam rangka membeli gabah milik petani, karena sebelumnya para tengkulak sudah banyak yang membeli gabah petani pada prapanen dan pascapanen," katanya.
Menurut Gede, serapan gabah 2016 per 10 April baru mencapai 4,8 persen atau baru terealisasi 915,1 ton dari target serapan gabah 22.400 ton gabah.
Sementara luas tanam padi sejak Oktober 2015 hingga Maret 2016 sebanyak 36 hektare dan luas tanam padi April hingga September 2016 ditargetkan 18.405 hektare, namun hingga April yang terealisasi target luas tanam 2.315,8 hektare.
"Di Situbondo tanam padinya tidak serempak atau bervariasi, jadi tidak bisa panen raya. Tapi kami optimistis pada musim tanam April hingga September target akan tercapai meskipun tidak sampai 100 persen. Paling tidak 80 persen target serapah gabah 2016 akan tercapai," tuturnya.
Ia mengakui bahwa para tengkulak membeli hasil panen padi petani lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah atau HPP, yakni Rp3.900 hingga Rp4.200 per kilogram, sedangkan HPP untuk Bulog Rp3.700 per kilogram.
"Kita ada Babinsa yang bertugas untuk terus menjalin komunikasi dengan tengkulak dan pemilik penggilingan padi agar tengkulak minimal membeli padi petani sejajar dengan harga Bulog atau HPP," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Sampai 10 April serapan gabah di Situbondo memang masih minim, makanya kami turun langsung ke pemilik penggilingan padi dan para tengkulak atau pengepul yang ada di Situbondo," kata Komandan Kodim 0823/Situbondo Letkol Inf Ashari melalaui Perwira Seksi Teritorial (Pasiter) Kapten Inf Gede Darma di Situbondo, Selasa.
Ia mengemukakan Kodim selaku Ketua Tim Sergab turun langsung ke lapangan mendampingi petugas dari Badan Urusan Logistik (Bulog) Situbondo, berkoordinasi dengan tengkulak maupun pemilik penggilingan padi sehingga mereka mau menjual gabahnya ke Bulog.
Karena panen padi kali ini sudah tinggal 20 persen, katanya, untuk memenuhi target serapan gabah sebanyak 22.400 ton, Tim Sergap dan Bulog harus menggunakan cara mendatangi tengkulak dan pemilik penggilingan padi.
"Kami akui memang terlambat mendampingi Bulog dalam rangka membeli gabah milik petani, karena sebelumnya para tengkulak sudah banyak yang membeli gabah petani pada prapanen dan pascapanen," katanya.
Menurut Gede, serapan gabah 2016 per 10 April baru mencapai 4,8 persen atau baru terealisasi 915,1 ton dari target serapan gabah 22.400 ton gabah.
Sementara luas tanam padi sejak Oktober 2015 hingga Maret 2016 sebanyak 36 hektare dan luas tanam padi April hingga September 2016 ditargetkan 18.405 hektare, namun hingga April yang terealisasi target luas tanam 2.315,8 hektare.
"Di Situbondo tanam padinya tidak serempak atau bervariasi, jadi tidak bisa panen raya. Tapi kami optimistis pada musim tanam April hingga September target akan tercapai meskipun tidak sampai 100 persen. Paling tidak 80 persen target serapah gabah 2016 akan tercapai," tuturnya.
Ia mengakui bahwa para tengkulak membeli hasil panen padi petani lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah atau HPP, yakni Rp3.900 hingga Rp4.200 per kilogram, sedangkan HPP untuk Bulog Rp3.700 per kilogram.
"Kita ada Babinsa yang bertugas untuk terus menjalin komunikasi dengan tengkulak dan pemilik penggilingan padi agar tengkulak minimal membeli padi petani sejajar dengan harga Bulog atau HPP," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016