Bojonegoro (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, akan manfaatkan hasil studi Bank Dunia terkait kesehatan, pendidikan dan perizinan, sebagai pijakan dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan pada 2016.
    
"Kami sudah menyiapkan tim yang akan merumuskan langkah-langkah dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan berdasarkan hasil studi Bank Dunia," kata Bupati Bojonegoro Suyoto, dalam acara pencanangan pembangunan berkelanjutan di Bojonegoro, Selasa.
     
Pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan sebanyak 17 bidang, antara lain, menghapus kemiskinan, mengakhiri kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pendidikan bermutu, kesetaraan gender juga lainnya. 
     
Secara umum, katanya, pendekatan pembangunan berkelanjutan di daerahnya akan melakukan pendekatan kemanusian, dengan pertimbangan di dalam pembangunan tidak ada yang dikalahkan.
     
"Kami mengapresiasi masukan Bank Dunia terkait studi yang sudah dilakukan," ucapnya, menegaskan.
     
Menurut Ekonom Bank Dunia Ahmad Zaki Fahmi bahwa hasil studi yang dilakukan Bank Dunia di Bojonegoro, pada 2014, akan dijadikan percontohan sebagai studi serupa di daerah lainnya di Indonesia.
     
"Studi yang dilaksanakan Bank Dunia di Bojonegoro yaitu masalah pendidikan, kesehatan dan masalah perizinan," katanya. 
     
Sesuai rencana pada 2016, katanya,  Bank Dunia juga akan melakukan studi serupa di Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan satu daerah lainnya di Indonesia.
     
"Kami masih mencari daerah lainnya yang cocok untuk melaksanakan studi," ucapnya, menegaskan.
     
Studi yang dilakukan Bank Dunia ini, menurut dia, hasilnya bisa menjadi masukan daerah terkait akses pelayanan publik, untuk meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan juga pelayanan perizinan.
     
Peningkatan pelayanan publik, lanjut dia, menjadi penting, sebab, adanya perbedaan dalam pelayanan publik, mengakibatkan kesenjangan yang miskin dan kaya, semakin melebar.
     
Ia juga memberikan gambaran salah satu hasil studi Bank Dunia di Bojonegoro terkait bidang kesehatan menemukan partisipasi ibu hamil yang memperoleh pelayanan kesehatan mencapai 90 persen. 
     
Di lain pihak juga ditemukan kemampuan bidan belum merata, sehingga mempengaruhi tingkat pelayanan ksehatan ibu hamil.
     
"Pelayanan kesehatan juga masih ada kelemahan, seperti pemberian kalsium kepada ibu hamil masih di bawah dosis," ucapnya.
     
Hadir dalam acara itu, perwakilan Bank Dunia yaitu Gregorius Pattinasarany, Ahmad Zaki Fahmi dan Romawaty Sinaga, perwakilan dari negara pendonor Swis "Confederation", "European Union", dan Canada. (*)
   

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016