Banyuwangi (Antara Jatim) - Produksi olahan setengah jadi rumput laut dari warga Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kini diekspor ke Taiwan dan Malaysia.

Didik (37), pelaku usaha di Banyuwangi, Jumat menuturkan, pengiriman rumput laut olahan dilakukannya setiap minggu sebanyak 2 ton untuk kedua negara tersebut dengan omzet sekitar Rp24 juta atau sekitar Rp96 juta per bulan.

"Harga rumput laut olahan jauh lebih tinggi dari pada harga rumput laut basah. Namun untuk mengolah rumput laut memang membutuhkan proses yang tepat untuk mendapatkan hasil yang bagus," katanya.

Didik mengatakan saat ini masih mengekspor rumput laut melalui salah satu pengusaha di Surabaya. Dia pun berharap bisa mendapatkan jalan untuk melakukan ekspor secara langsung ke negara tujuan. Karena dengan begitu akan semakin terbuka lebar kesempatan ekspor bagi pihak lainnya.

Rumput laut olahan Didik lebih tepat dikatakan setengah jadi karena di negara tujuan, komoditas itu masih akan diolah lagi oleh konsumennya sebagai bahan membuat lauk pauk seperti sayur.

Rumput laut olahan Didik merupakan rumput laut basah yang diproses hingga menghasilkan rumput laut kering berwarna hijau alami. Didik merendam rumput laut basah dengan air kapur dan garam.

Rumput laut segar yang dibelinya dari petani direndam dengan air kapur dan garam dalam komposisi tertentu. Nantinya rumput laut akan berubah warna dari putih menjadi hijau. Setelah itu rumput laut dikeringkan dengan cara dioven.

Hasil proses inilah yang kemudian diekspor ke Taiwan dan Malaysia. Untuk mendapatkan satu kilogram rumput laut kering Didik membutuhkan 6 kilogram rumput laut basah.

"Pengiriman rumput laut olahan ini peluangnya masih sangat lebar, masih bisa untuk dikembangkan karena di negara tujuan rumput laut ini menjadi bahan lauk pauk yang dipakai sehari-hari oleh rumah tangga, bahkan saya belum bisa memenuhi permintaan rumput laut warna pink yang perendamannya menggunkan tawas," kata Didik.

Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan rumput laut olahan ini menjadi salah satu cara untuk menyiasati peraturan menteri yang melarang ekspor bahan mentah.

Saat ini, katanya, harga rumput laut memang sedang turun seiring dengan pemberlakuan larangan ekspor tersebut. Jika dulu per kilogramnya Rp1.500, sekarang di tingkat petani hanya Rp700 hingga Rp900.

"Stok rumput laut di gudang perusahaan-perusahaan besar masih menumpuk hingga serapan terhadap rumput laut petani jadi lambat yang mengakibatkan harga jatuh. Oleh karena itu, harus didorong produk olahannya," kata Anas.

Untuk itu Pemkab berupaya mendorong agar petani rumput laut bisa mendapatkan nilai jual terbaik. Salah satunya pemerintah daerah akan menggandeng pemerintah provinsi untuk mendorong terbukanya pasar ekspor bagi bahan baku rumput laut setengah jadi.

"Sambil kami mengedukasi petani rumput laut agar memiliki kapasitas untuk meningkatkan nilai jual komoditasnya," kata Anas. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016