Situbondo (Antara Jatim) - Rumah Pemulihan Gizi milik Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mengobati dan melakukan terapi pemulihan gizi terhadap 215 balita penderita gizi buruk sejak 2014 hingga 2015.

"Ke-215 balita penderita gizi buruk itu sudah masuk dalam pendataan RPG dan setiap seminggu sekali mereka diterapi pemulihan gizinya. Kalau kontrol biasanya setiap hari bagi ibu-ibu yang memang rajin mengontrol perkembangan putra dan putrinya," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Abu Bakar Abdi di Situbondo, Jumat.

Ia mengemukakan, sejak dua tahun berdirinya Rumah Pemulihan Gizi (RPG) di Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo ini mempermudah petugas kesehatan melakukan pendataan balita penderita gizi buruk, karena para orang tua dengan sendirinya datang ke RPG untuk pengobatan atau terapi.

Selain dari 215 penderita gizi buruk yang terdata di Dinas Kesehatan, kata dia, tercatat juga sebanyak 400 balita yang datang ke rumah pemulihan gizi itu melakukan konsultasi terkait yang dialami oleh balita mereka.

"Ke-400 balita yang tercatat datang ke RPG untuk konsultasi, rata-rata mengalami kurang gizi," katanya.

Menurut Abu Bakar Abdi, dari 215 penderita gizi buruk di Situbondo, setelah menjalani pengobatan dan terapi pijat di rumah pemulihan gizi tersebut, hingga saat ini tercatat 75 balita atau 35 persen sudah mengalami perubahan atau kondisinya berangsur pulih.

"Setelah diberikan makanan tambahan yang bergizi dan dilakukan 'skrening' atau terapi pemulihan gizi selama 90 hari rata-rata kembali pulih, ada juga yang butuh waktu lebih dari itu," ujarnya.

Di rumah pemulihan gizi itu, lanjut dia, seluruh pelayanan mapun pemberian tambahan makanan bergizi gratis. Sejak berdirinya RPG yang dibangun di belakang Kantor Dinas Kesehatan Situbondo ini warga yang memiliki balita gizi buruk terus berdatangan.

Dari catatan 215 balita gizi buruk, menurut Abu, tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo. Namun penderita gizi buruk tertinggi berada di tiga kecamatan, yakni Banyuglugur 29 balita, Panji 20 balita, dan Suboh 18 balita.

"Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari faktor ekonomi, kurangnya pendidikan dalam memberikan makanan kepada balita, dan yang paling dominan pola asuh, karena yang paling bagus usia balita 0-6 bulan diberikan ASI (air susu ibu),” katanya.

Sementara salah satu pasien RPG, Yeti Kusniyati yang memiliki tiga balita kembar dan mengalami gizi buruk, mengatakan sejak lima bulan terahir mendapat penanganan pemulihan gizi guna menormalkan kembali gizi pada anak kembar tiganya itu.

"Alhamdulillah karena saya rutin datang kontrol dan terapi anak saya, sejak lima bulan mendapat penanganan pemulihan gizi, tiga anak kembar saya ini kondisi berat badannya mulai berangsur-angsur bertambah," ujarnya.

Yeti menyampaikan, dari sebelumnya berat badan anak kembarnya itu hanya empat kilogram, kini sudah bertambah menjadi lima kilogram, dengan berat normal balita usia satu tahun harusnya memiliki berat badan 7 kilogram. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016