Lorena Group dan D'Cost Group adalah sebagian kecil bisnis keluarga yang sukses melakukan regenerasi dari generasi pertama ke generasi selanjutnya.

Kiat sukses keduanya dalam melakukan regenerasi dalam bisnis keluarga itu "dibedah" oleh 78 direktur dari 78 perusahaan keluarga dalam Director Dinner Club (DDC) di Jakarta, 20 Februari 2016.

Dalam DDC 2016 bertajuk "New Year, New Hope, New Generation" yang digagas oleh PT Total Quality Indonesia itu, Komisaris PT Total Quality Indonesia, Johan Yan, menjelaskan kiat sukses hingga beberapa generasi (bisnis keluarga) itu menarik diteladani.

"D'Cost merupakan contoh bisnis keluarga yang mampu memasuki regenerasi pada generasi kedua dengan sukses bertahan dalam inovasi dan kreativitas secara turun temurun," ucap Johan Yan yang juga penggagas DDC 2016 itu.

Bahkan, D'Cost yang sudah memiliki 81 gerai restoran dan bertekad mencapai 500 gerai restoran itu memiliki manajemen mutu yang bertaraf internasional, bahkan setara restoran di Amerika.

Di hadapan puluhan direktur yang merupakan ayah dan anak itu, Eka Sari Lorena selaku CEO Lorena Group dan Christian Sia selaku Founder D'Cost Group menyebut "kloning" sebagai salah satu kiat sukses dalam regenerasi pada bisnis keluarga.

Bedanya, Eka Sari Lorena menyebut "kloning ide" oleh generasi penerus dari generasi pertama, namun Christian Sia justru menyebut "kloning fisik" oleh generasi penerus dari generasi pertama itu bisa menjadi kunci sukses dalam regenerasi itu.

"Regenerasi itu dimulai dengan anak pertama, karena anak pertama itulah yang selalu dibawa kemana-mana," tutur Eka Sari Lorena dalam 'sharing' pengalamannya melakukan regenerasi hingga generasi kedua.

Biasanya, "owner" itu memiliki aura dan wibawa yang berbeda dengan "second generation", namun generasi kedua itu kadang diperbandingkan dengan "founder".

"Justru perbedaan itu adalah baik dan akan terjadi bisnis yang lebih baik lagi bila second generation mau belajar bagaimana membangun bisnis kepada founder," tegasnya.

Menurut Eka Sari Lorena, proses belajar atau "kloning ide" dari satu generasi ke generasi lainnya itu membuktikan bahwa regenerasi harus disiapkan oleh "founder".

"Itu karena zaman selalu berubah dengan cepat dan karena begitu cepatnya harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya," paparnya.

Terkait penyiapan itu, ia menyatakan regenerasi adalah siapa yang harus dihormati dan dituakan, karena perusahaan itu butuh "leader" yang dihormati.

"Jadi, ketika second generation memimpin, maka anak-anak yang lain harus bisa menghormati pemimpinnya," tukasnya.

          
Pentingnya SDM

Lain lagi dengan Christian Sia selaku "Owner" dan "Founder" dari D'Cost Group yang sukses melakukan regenerasi (generasi kedua) tanpa kendala berarti.

"Saya (generasi pertama) dan Alung (generasi kedua), sifatnya mirip 80-90 persen dan kebetulan sejak kecil Alung selalu minta didongengkan apa saja kerjaan dan aktivitas bisnis saya," ungkapnya.

Oleh karena itu, walaupun tidak lama bergabung dalam bisnis D'Cost, tetapi ia telah banyak mengetahui tentang bisnis D'Cost, sehingga ikhtiar mendidiknya juga lebih mudah.

"Jadi, saya merasa tidak terlalu sulit untuk melakukan regenerasi. Salah satu kunci kesuksesan regenerasi adalah bisa melakukan kloning terhadap regenerasi," kilahnya.

Menanggapi "kloning" dalam regenerasi itu, Direktur PT Total Quality, Budiono Lie, mengakui semakin mirip dengan seseorang, maka akan semakin mudah mendapatkan kepercayaan.

Namun, kata Budiono Lie, hal itu tidak mudah, karena ikhtiar menyiapkan "second generation" dalam bisnis itu juga sebuah perjuangan.

"Saya selalu mengajukan pertanyaan, apakah Anda siap rugi saat menyiapkan regenerasi? Bukan benar-benar rugi, tetapi siap rugi," timpalnya.

Apalagi, "Second Generation" itu selain belajar, juga harus bisa mengkloning, bagaimana berupaya memiliki kemiripan dalam berbisnis dengan generasi sebelumnya, tentu dengan sentuhan inovasi.

Pentingnya regenerasi dalam bisnis keluarga itu dinilai oleh Direktur RS Paru Jember, Dr Arya Sidemen, sebagai bukti pentingnya sumber daya manusia (SDM) dalam sebuah bisnis.

"Itulah yang kami dapatkan dari Total Quality. Dulu, penghasilan kami itu tidak sampai Rp100 juta per tahun, tapi tahun 2004 kami mencoba membangun visi untuk membangun SDM dan dalam tiga tahun harus akreditasi Nasional," katanya.

Ia bersyukur Tuhan mempertemukan dirinya dengan Johan Yan (motivator dari perusahaan motivasi bisnis, Total Quality) yang mengajarkan pentingnya melakukan 'mindset reprogramming' untuk semua SDM menjadi lebih baik.

"Akhirnya, saat ini semua target seperti ISO dan Akreditasi tercapai dan dapat bertahan sampai saat ini, bahkan kami mendapatkan enam penghargaan, sehingga penghasilan kami sekarang mencapai Rp22 miliar per tahun," urainya.

Oleh karena itu, ia sepakat dengan Total Quality bahwa "mindset" (pola pikir) harus dikembangkan untuk seluruh orang.

"Saya setuju sekali bahwa semua orang di dalam perusahaan harus mengubah pola pikir, karena saya merasakan betul pengaruh dari nilai-nilai itu," ucapnya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016