Trenggalek (Antara Jatim) - Unit SAR Brigade Penolong (BP) Kwarcab Trenggalek, Jawa Timur,
menginstruksikan seluruh relawan untuk siap siaga menghadapi potensi
bencana banjir dan tanah longsor di wilayah tersebut.
"Kesiapsiagaan selalu kami lakukan, terutama selama musim hujan ini
karena tingkat kerawanan bencana meningkat," kata Ketua Brigade
Penolong 1303 Kwarcab Trenggalek, Serka Komarul Huda di Trenggalek,
Kamis.
Saat ini, kata dia, sedikitnya terdapat 20 personel SAR terlatih di posko Brigade Penolong 1303 di Kota Trenggalek.
Upaya pemantauan potensi bencana banjir dan tanah longsor juga
dilakukan jaringan relawan BP di setiap kwartir ranting pramuka yang ada
di 14 kecamatan se-Kabupaten Trenggalek.
"Komunikasi dan koordinasi aktif dilakukan melalui sarana
telekomunikasi radio maupun telepon seluler. Jika sewaktu-waktu
diperbantukan, mereka siap," ujarnya.
Saat ini, jumlah anggota Brigade Penolong 1303 di Trenggalek tercatat sebanyak 115 orang, yang tersebar di 14 kecamatan.
Kendati relawan siaga di posko BP di Kota Trenggalek hanya sekitar
20-an orang, Huda memastikan seluruh anggota brigade penolong yang
semuanya berlatar belakang pramuka dengan usia antara 17-25 tahun di
setiap kecamatan siap ditugaskan dalam situasi kedaruratan.
"Brigade penolong aktif melakukan koordinasi dan pelatihan SAR,
baik secara mandiri di internal BP maupun yang bersifat lintas instansi
bersama Basarnas maupun BPBD," kata pembina Brigade Penolong 1303
Trenggalek, Letda Infrantri, Chaerudin.
Namun, sebagaimana penjelasan Komarul Huda, peran BP di era
sekarang hanya dilakukan sesuai kebutuhan serta untuk peristiwa bencana
berskala besar.
Pertimbangannya, kata dia, posisi BP dalam konteks misi pencarian
dan penyelamatan (search and rescue/SAR) adalah sebagai pelapis empat
organ SAR resmi yang dibentuk pemerintah, yakni Badan SAR Nasional,
BPBD, Polri, serta TNI.
"Brigade penolong menjadi pasukan lapis kelima. Aksi brigade
penolong harus terkoordinasi dengan pusat komando pengendalian operasi
(pusdalops) penanggulangan bencana yang biasanya dikoordinir langsung
oleh BPBD," ujarnya.
Dengan pola komando itu, kata Huda, tim relawan BP hanya akan
bergerak jika ada instruksi langsung dari ANCU (andalan cabang
untuk/dewan penasihat) Brigade Penolong di tingkat Kwarcab Pramuka di
Kabupaten Trenggalek kepada Ketua BP 1303 yang kemudian diteruskan
kepada seluruh anggota, papar Huda. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
menginstruksikan seluruh relawan untuk siap siaga menghadapi potensi
bencana banjir dan tanah longsor di wilayah tersebut.
"Kesiapsiagaan selalu kami lakukan, terutama selama musim hujan ini
karena tingkat kerawanan bencana meningkat," kata Ketua Brigade
Penolong 1303 Kwarcab Trenggalek, Serka Komarul Huda di Trenggalek,
Kamis.
Saat ini, kata dia, sedikitnya terdapat 20 personel SAR terlatih di posko Brigade Penolong 1303 di Kota Trenggalek.
Upaya pemantauan potensi bencana banjir dan tanah longsor juga
dilakukan jaringan relawan BP di setiap kwartir ranting pramuka yang ada
di 14 kecamatan se-Kabupaten Trenggalek.
"Komunikasi dan koordinasi aktif dilakukan melalui sarana
telekomunikasi radio maupun telepon seluler. Jika sewaktu-waktu
diperbantukan, mereka siap," ujarnya.
Saat ini, jumlah anggota Brigade Penolong 1303 di Trenggalek tercatat sebanyak 115 orang, yang tersebar di 14 kecamatan.
Kendati relawan siaga di posko BP di Kota Trenggalek hanya sekitar
20-an orang, Huda memastikan seluruh anggota brigade penolong yang
semuanya berlatar belakang pramuka dengan usia antara 17-25 tahun di
setiap kecamatan siap ditugaskan dalam situasi kedaruratan.
"Brigade penolong aktif melakukan koordinasi dan pelatihan SAR,
baik secara mandiri di internal BP maupun yang bersifat lintas instansi
bersama Basarnas maupun BPBD," kata pembina Brigade Penolong 1303
Trenggalek, Letda Infrantri, Chaerudin.
Namun, sebagaimana penjelasan Komarul Huda, peran BP di era
sekarang hanya dilakukan sesuai kebutuhan serta untuk peristiwa bencana
berskala besar.
Pertimbangannya, kata dia, posisi BP dalam konteks misi pencarian
dan penyelamatan (search and rescue/SAR) adalah sebagai pelapis empat
organ SAR resmi yang dibentuk pemerintah, yakni Badan SAR Nasional,
BPBD, Polri, serta TNI.
"Brigade penolong menjadi pasukan lapis kelima. Aksi brigade
penolong harus terkoordinasi dengan pusat komando pengendalian operasi
(pusdalops) penanggulangan bencana yang biasanya dikoordinir langsung
oleh BPBD," ujarnya.
Dengan pola komando itu, kata Huda, tim relawan BP hanya akan
bergerak jika ada instruksi langsung dari ANCU (andalan cabang
untuk/dewan penasihat) Brigade Penolong di tingkat Kwarcab Pramuka di
Kabupaten Trenggalek kepada Ketua BP 1303 yang kemudian diteruskan
kepada seluruh anggota, papar Huda. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016