Situbondo (Antara Jatim) - Pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mengungkapkan sedikitnya 126 kepala keluarga atau 450 jiwa yang tinggal di dua desa terancam longsor jika hujan terus menerus turun.

Kepala BPBD Situbondo Zainul Arifin di Situbondo, Jumat mengungkapkan ratusan warga di Desa Kalirejo dan Taman, Kecamatan Sumbermalang, itu terancam longsor mengingat pada 2014 tanah di dua desa itu retak dan ambles sedalam satu meter.

"Dari dua desa itu, di Kalirejo ada 300 jiwa dan Desa Taman ada 150 jiwa. Kemarin kami melakukan pengecekan tanah yang sebelumnya pernah ambles di Desa Kalirejo. Kami melihat, sementara tidak ada tambahan retakan tanah yang berada di atas permukiman penduduk," katanya.

Zainul juga memaparkan untuk mengantisipasi terjadinya longsor pihaknya terus melakukan pemantauan di dua desa yang berada di dataran tinggi di wilayah barat Kabupaten Situbondo itu.

Menurut dia, selain BPBD, Muspika Sumbermalang juga melakukan pemantauan dan memeriksa alat ekstensometer atau pendeteksi gerakan tanah yang dipasang di dua desa itu. Ternyata alat itu sudah tidak berfungsi atau rusak.

"Alat pendeteksi gerakan tanah itu tidak berfungsi, padahal kami pasang karena daerah yang berada di lereng Gunung Argopuro dengan kemiringan 45 drajat itu rawan terjadi longsor," katanya.

Mantan Kepala Kesbanglinmas Kabupaten Situbondo ini menceritakan ekstensometer itu mendapatkan bantuan dari Dinas ESDM Provensi Jawa Timur pada 2014.

"Alat ekstensometer itu berguna apabila terjadi pergerakan tanah di sekitarnya dengan radius sekitar 100 meter dari pusat pergerakan. Alat itu akan mengeluarkan bunyi sirine jika ada gerakan tanah," ujarnya.

Zainul Arifin juga menambahkan setelah mengetahui ekstensometer sudah tidak berfungsi, pihaknya akan melaporkan hal itu kepada BPBD Provensi Jawa Timur, agar nantinya dikoordinasikan dengan Dinas ESDM Provensi Jatim, agar bisa diperbaiki.

"Kami berkoordinasi dengan BPBD Provensi Jatim karena di Situbondo tidak ada mekanik yang bisa memperbaiki alat tersebut, dan tentunya kami kesulitan untuk memantau gerakan tanah di daerah rawan longsor," katanya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016