Surabaya (Antara Jatim) - Pakar ekonomi dan statistik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kresnayana Yahya menjelaskan bahwa penggunaan angkutan massal dalam kota berbasis rel, dengan alternatif Light Rapid Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT) akan meningkatkan perekonomian Surabaya sebesar tujuh persen.

"Pemerintah Kota Surabaya memang gencar mengembangkan angkutan massal dalam kota berbasis rel dengan alternatif LRT dan MRT, jika kereta cepat itu diwujudkan, maka perekonomian Surabaya diprediksi akan meningkat hingga tujuh persen," kata pendiri jurusan statistik di ITS Surabaya tersebut, ketika dikonfirmasi di Surabaya, Selasa.

Ia mengatakan untuk meningkatkan perekonomian Surabaya, maka membutuhkan beberapa cara, di antaranya peningkatan marketing, sosialisasi kepada masyarakat, terutama masyarakat yang kurang memahami terkait pengembangan angkutan massal, serta peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan angkutan massal.

"Penggunaan LRT ini dimaksudkan juga untuk mengurai kemacetan karena lebih dari 60 persen kendaraan yang beroperasi di Surabaya adalah sepeda motor, sedangkan sisanya menggunakan kendaraan roda berempat, sehingga pengaktifan jalur trem dan pembangunan LRT akan menyerap potensi penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi," jelasnya.

Menurut dia, rute LRT maupun MRT harus saling terhubung untuk memenuhi kebutuhan warga dalam mobilitas karena tujuan utamanya guna mengurangi kemacetan, jika akses yang ditawarkan pemerintah ini tidak saling terhubung maka masyarakat juga enggan menggunakannya.

"Pembangunan LRT yang diprediksi memakan biaya sekitar Rp8 triliun ini memang dibilang mahal diawal, namun untuk investasi jangka panjang, maka penghematan menjadi luar biasa hingga 30 persen dari cost selama ini sekitar Rp2 triliun," tuturnya.

Penghematan tersebut, lanjutnya bisa terjadi pada daerah yang akan dilalui rute LRT atau MRT karena mendapat kemudahan akses, apalagi dibangun toko atau pusat perbelanjaan di area rute LRT atau MRT oleh pemerintah maupun investor sebagai pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

"Jika akses ini terwujud, maka akses orang maupun kantor dari luar Surabaya, seperti Sidoarjo, Gresik, maupun Pasuruan akan beralih masuk ke Surabaya, sedangkan untuk produksinya bisa menetap di luar Surabaya. Hal inilah yang dinamakan penataan ruang kota," terangnya.

Selain itu, tambahnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Surabaya, koneksi internet juga harus menunjang karena kapasitas pengguna internet pun semakin besar dengan penetrasi smartphone yang semakin tinggi, bahkan sepanjang tahun lalu, smartphone masih tumbuh meski rata-rata harga jualnya turun.

"Koneksi internet diperbaiki, maka Surabaya akan menjadi smart city, kemudian diprediksi selama setahun hingga dua tahun, Surabaya akan menjadi sentral Asia Tenggara dan akan menjadi kota yang dilirik oleh investor internasional untuk mendirikan kantor cabangnya di Surabaya," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016