Banyuwangi (Antara Jatim) - Bupati terpilih Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menerima Anugerah Kebudayaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang diberikan pada puncak peringatan Hari Pers Nasional di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Anas, ketika dihubungi dari Banyuwangi mengatakan kebudayaan bisa menjadi pilar yang efektif untuk memajukan daerah. Kebudayaan tersebut bukan semata-mata pertunjukan seni, tapi lebih pada sistem, gagasan, dan hasil karya masyarakat.
"Di Banyuwangi, kami menjadikan pengembangan budaya sebagai strategi konsolidasi, baik itu konsolidasi ekonomi, rakyat, birokrasi, dan sebagainya," katanya.
Menurut Anas, pendekatan budaya sangat efektif dan relevan dalam menjawab problem masyarakat. Hal ini lantaran pendekatan budaya mengharuskan pemahaman terhadap masing-masing kelompok masyarakat tidak digeneralisasi, namun dibuat unik berdasarkan karakter dan potensinya.
Sementara Ketua Umum PWI Margiono menjelaskan penghargaan ini diberikan untuk memacu kepala daerah dalam membangun kebudayaan di daerahnya masing-masing. Terutama dalam upaya melestarikan, mengembangkan, dan menggunakan kebudayaan lokal untuk pembangunan yang berkeadaban.
"Ini dapat menjadi inspirasi kita bersama dan memotivasi para pimpinan daerah seluruh Indonesia untuk berlomba-lomba memajukan kebudayaan," katanya.
Menurut dia, negara maju seperti Jepang dan China, meski globalisasi sudah demikian pesat, hingga saat ini mereka tetap hidup dengan kebudayaannya yang terus diaktualisasikan. Mereka tetap tidak kehilangan karakter dan jatidirinya.
Ketua Pelaksana Anugerah Kebudayaan PWI Yusuf Susilo Hartono menambahkan Anas mendapatkan Anugerah Kebudayaan karena selama memimpin Banyuwangi bisa menggunakan kekuatan tradisi lokal untuk mengembangkan daerah.
Anas juga dinilai bisa mendorong peningkatan kesadaran budaya masyarakat lewat festival. Anas, lanjut dia, dinilai berhasil melenyapkan stigma Banyuwangi sebagai kota santet, dengan pendekatan budaya berbasis karakter lokal.
"Secara konsisten, Anas yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Banyuwangi periode 2010-2015 ini ajeg mendorong berbagai festival yang berbasiskan budaya," katanya.
Identitas budaya Banyuwangi, katanya, semakin diperkuat dengan menggelar festival budaya. Anas dianggap mampu menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat pada masyarakat Banyuwangi untuk terus menumbuhkan budaya lokal yang tidak meniru kabupaten lain.
"Ditambah dengan modal keunikan alam dan potensi sumber daya alam yang dimilikinya, strategi itu terbukti telah mengangkat perekonomian dan kesejahteraan rakyat," kata Yusuf.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan per kapita Banyuwangi melonjak 62 persen dari Rp20,8 juta (2010) menjadi Rp33,6 juta (2014). Kalkulasi pemerintah daerah, pada 2015 diprediksi bisa menembus Rp 38-29 juta. Berdasarkan data BPS, pendapatan per kapita Banyuwangi sudah berhasil melampaui sejumlah kabupaten/kota di Jatim yang sebelumnya selalu di atas Banyuwangi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Anas, ketika dihubungi dari Banyuwangi mengatakan kebudayaan bisa menjadi pilar yang efektif untuk memajukan daerah. Kebudayaan tersebut bukan semata-mata pertunjukan seni, tapi lebih pada sistem, gagasan, dan hasil karya masyarakat.
"Di Banyuwangi, kami menjadikan pengembangan budaya sebagai strategi konsolidasi, baik itu konsolidasi ekonomi, rakyat, birokrasi, dan sebagainya," katanya.
Menurut Anas, pendekatan budaya sangat efektif dan relevan dalam menjawab problem masyarakat. Hal ini lantaran pendekatan budaya mengharuskan pemahaman terhadap masing-masing kelompok masyarakat tidak digeneralisasi, namun dibuat unik berdasarkan karakter dan potensinya.
Sementara Ketua Umum PWI Margiono menjelaskan penghargaan ini diberikan untuk memacu kepala daerah dalam membangun kebudayaan di daerahnya masing-masing. Terutama dalam upaya melestarikan, mengembangkan, dan menggunakan kebudayaan lokal untuk pembangunan yang berkeadaban.
"Ini dapat menjadi inspirasi kita bersama dan memotivasi para pimpinan daerah seluruh Indonesia untuk berlomba-lomba memajukan kebudayaan," katanya.
Menurut dia, negara maju seperti Jepang dan China, meski globalisasi sudah demikian pesat, hingga saat ini mereka tetap hidup dengan kebudayaannya yang terus diaktualisasikan. Mereka tetap tidak kehilangan karakter dan jatidirinya.
Ketua Pelaksana Anugerah Kebudayaan PWI Yusuf Susilo Hartono menambahkan Anas mendapatkan Anugerah Kebudayaan karena selama memimpin Banyuwangi bisa menggunakan kekuatan tradisi lokal untuk mengembangkan daerah.
Anas juga dinilai bisa mendorong peningkatan kesadaran budaya masyarakat lewat festival. Anas, lanjut dia, dinilai berhasil melenyapkan stigma Banyuwangi sebagai kota santet, dengan pendekatan budaya berbasis karakter lokal.
"Secara konsisten, Anas yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Banyuwangi periode 2010-2015 ini ajeg mendorong berbagai festival yang berbasiskan budaya," katanya.
Identitas budaya Banyuwangi, katanya, semakin diperkuat dengan menggelar festival budaya. Anas dianggap mampu menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat pada masyarakat Banyuwangi untuk terus menumbuhkan budaya lokal yang tidak meniru kabupaten lain.
"Ditambah dengan modal keunikan alam dan potensi sumber daya alam yang dimilikinya, strategi itu terbukti telah mengangkat perekonomian dan kesejahteraan rakyat," kata Yusuf.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan per kapita Banyuwangi melonjak 62 persen dari Rp20,8 juta (2010) menjadi Rp33,6 juta (2014). Kalkulasi pemerintah daerah, pada 2015 diprediksi bisa menembus Rp 38-29 juta. Berdasarkan data BPS, pendapatan per kapita Banyuwangi sudah berhasil melampaui sejumlah kabupaten/kota di Jatim yang sebelumnya selalu di atas Banyuwangi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016