Surabaya (Antara Jatim) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menjelaskan bahwa teknologi kapal mini Liquefied Natural Gas (LNG) atau gas alam cair bisa mengembangkan Papua.

"Gas alam di Papua sangat melimpah, sehingga untuk mendistribusikannya ke beberapa tempat di Papua terdapat dua pilihan teknologi, yaitu dengan menggunakan dua kapal mini LNG atau di bawa dengan tangki kontainer," kata kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi seusai penandatanganan "MoU" dengan ITS Surabaya, di Surabaya, Kamis.

Ia mengatakan selama ini gas di Papua sudah tersedia, hanya saja produksi gas di Papua dikonsumsi untuk eskpor karena infrastruktur pendistribusian gas menuju kota atau kabupaten di Papua belum tersedia.

"Pola pendistribusian gas alam di BP Tangguh Teluk Bintuni, Papua sepertinya lebih dekat dengan menggunakan kapal mini LNG, namun untuk merealisasikannya perlu dibahas dan direncanakan secara detil," tuturnya.

Kapal mini LNG, lanjutnya berarti diperlukan satu jalur kapal dari rute dari BP Tangguh ke arah Sorong, Manokwari, Jayapura, kemudian dimungkinkan akan mampir ke Biak untuk mengedarkan LNG. setelah LNG diturunkan ke biak, maka akan kembali ke BP Tangguh.

"Namun ada satu jalur kapal lagi dari BP Tangguh ke Fakfak, Mimika, Kaimana, kemudian Merauke, setelah itu kembali lagi ke B Tangguh, namun rute itu merupakan gambaran besarnya, untuk detilnya masih belum dirancang," paparnya.

Dia menjelaskan pendistribusian gas dari Teluk Bintuni tersebut tidak memungkinkan untuk menggunakan saluran pipa karena jaraknya yang jauh dan melewati pegunungan, sedangkan kapal mini LNG yang nantinya akan mengangkut gas alam cair dimungkinkan memiliki jarak yang dekat.

"Untuk mengangkut gas alam cair ini harus memiliki dermaga terlebih dahulu, setelah itu ada storage lalu disambungkan ke pipa untuk masuk ke pembangkit listrik. Pembangunan dermaga, jalan, storage dan pipa serta pembangkit itu harus dibangun dengan APBN dan APBD," paparnya. 

Wakil Rektor IV ITS, I Ketut Budi Artana menjelaskan saat ini ITS bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) untuk mengkaji pola distribusi LNG di bagian timur Indonesia agar segera direalisasikan di Papua.

"Pola distribusinya sederhana tetapi komitmen infrastruktur harus dilakukan segera. ITS akan membuka kesempatan kepada perguruan tinggi di wilayah timur Indonesia, khususnya Papua, yang ingin menggali ilmu lebih dalam untuk merancang metode membantu mendistribusikan LNG ke wilayah mereka nantinya," jelasnya.

Bupati Fakfak Papua, Oktovianus Mayor menambahkan selama ini Papua terkendala masalah listrik dan kebutuhan gas, padahal potensi gas alam di Papua sangat melimpah, sehingga hal itu sangat menghambat investasi yang masuk.

"Investasi kami di sana terkendala listrik. Ada yang mau bangun mall, namun karena tidak ada listrik, mereka tidak jadi investasi, sedangkan APBD Fakfak masih sangat kecil yaitu Rp2 triliun sehingga untuk membangun ekonomi kerakyatan sangat terbatas," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016