Surabaya, (Antara Jatim) - PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) kini sedang mengembangkan bisnis listrik berbasis ampas tebu melalui diversifikasi produk, yang berpotensi menghasilkan pendapatan sekitar Rp708 miliar per tahun bagi perusahaan BUMN bidang perkebunan tersebut.
    
Direktur Produksi PTPN X T Sutaryanto, Kamis di Surabaya mengatakan pengembangan bisnis listrik dengan memanfaatkan produk turunan atau hilirisasi dari tebu itu sudah lama dilakukan di negara yang memiliki produsen utama gula, sperti Brasil, Thailand dan India.
    
Ia mengatakan, di negara-negara tersebut industri gulanya tetap stabil dan terus tumbuh karena mengandalkan pendapatan dari diversifikasi usaha non-gula, mulai dari listrik (berbasis ampas tebu) sampai bioetanol (berbasis tetes tebu).
    
Sutaryanto menyebutkan, di Brasil pabrik gula sudah ada yang bisa menghasilkan listrik lebih dari 3.000 MW, dan sekitar 20 persen kebutuhan energi negara tersebut ditopang dari energi baru terbarukan berbasis tebu, terutama bioetanol.
   
"Selain itu, India juga telah mampu memproduksi listrik 2.200 MW, dengan daya yang dikomersialkan 1.400 MW. Oleh karena itu, Indonesia harus segera bergegas mengejar ketertinggalan itu," katanya di Surabaya.
   
Sutaryanto menghitung, dengan keberadaan lahan tebu nasional sekitar 470.000 hektar dan 35 juta ton produksi tebu, potensi bisnis dari diversifikasi gula yang bisa diperoleh setidaknya adalah surplus power sebesar 3,5 juta MWh sampai 3,9 juta MWh (3.900 GWh), bioetanol 460.000 KL, dan biokompos 1,5 juta ton.
    
"Kami di PTPN X telah memulainya dalam beberapa tahun terakhir dengan mendirikan pabrik bioetanol di Mojokerto. Dan ke depan dengan dukungan pemerintah kami akan terus mengembangkan strategi hilirisasi ini," katanya.
    
Sebab, dari hilirisasi produk tebu non-gula, bisa dikembangkan ke bisnis bioetanol dan turunannya yang diolah dari limbah cair (tetes tebu) dan pembangkit listrik berbasis ampas tebu.
     
Ia mengatakan, rencananya pengembangan bisnis listrik berbasis ampas tebu akan dibangun di kompleks Pabrik Gula Ngadiredjo (Kediri), dan juga akan dikembangkan produk turunan seperti bioetanol di pabrik bioetanol yang telah beroperasi di PG Gempolkrep (Mojokerto).
    
"Pengembangan listrik berbasis ampas tebu dengan program 'cogeneration' juga akan dibangun di Pabrik Gula Tjoekir (Jombang), dan Pabrik Gula Gempolkrep (Mojokerto)," katanya.
    
Sementara, nilai investasi untuk pengembangan hilirisisasi produk tersebut membutuhkan dana Rp1,469 triliun, dengan rincian Rp975 miliar berasal dari dana penyertaan modal negara (PMN) yang diberikan pemerintah pusat ke PTPN X.
    
"Setelah kita hitung, potensi pendapatan hilirisasi produk ini mencapai Rp708 miliar, dan betapa besarnya potensi bisnis hilirisasi produk tebu non-gula ini, sehingga keberadaan pabrik gula akan semakin kuat karena tak lagi mengandalkan pendapatan dari gula saja," katanya.
    
Sutaryanto merinci, potensi pendapatan Rp708 miliar itu terdiri atas pendapatan dari bioetanol dan turunannya sebesar Rp294 miliar dan pendapatan listrik Rp414 miliar.
     
"Pendapatan bioetanol diperoleh dari penjualan 30 juta liter bioetanol dengan harga Rp9.200 per liternya dan turunan bioetanol berupa gas karbondioksida (CO2) sebanyak 12 juta liter dengan asumsi harga Rp1.500 per liternya," katanya.
    
Sementara, dari listrik bisa dihasilkan 360 GWH dengan harga sesuai Peraturan Menteri ESDM sebesar Rp1.150 per kwH, sehingga totalnya mencapai Rp414 miliar.

"Dengan pendapatan dari bisnis non-gula ini, PTPN X bisa ikut mengangkat kesejahteraan petani. Dan jika semua program telah rampung dan berjalan, PTPN X siap meningkatkan bagi hasil ke petani tebu menjadi 70 persen dari awalnya 60 persen, sehingga menambah pendapatan petani," katanya.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016