"Buahnya pohon pandan itu yang berwarna merah," ucap M Rofik, staf Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi saat menceritakan pesona Pulau Merah, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.

Ia bercerita pohon pandan memang banyak ditemukan di sepanjang pesisir pantai. Buahnya yang merah merona membuat orang mengidentikan buah pandan dengan Pulau Merah, Banyuwangi. 

"Mungkin sama-sama merahnya sehingga membuat orang menjadi mudah untuk menamai pulau yang ada pantai Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi ini," tuturnya.

Pria berkacamata yang juga menjadi pemandu wisata di Pemkab Banyuwangi ini juga bercerita kalau dirinya sering ditanya oleh wisawatan baik asing atau domestik perihal asal muasal Pulau Merah ini.

"Menurut cerita yang saya dapat seperti itu. Selain itu juga ada cerita lain kenapa pulau itu disebut dengan Pulau Merah. Itu karena kandungan pasinya banyak yang berwarna merah, sehingga pulau itu bernama Pulau Merah," paparnya.

Namun, entah mana cerita yang benar, keberadaan Pulau Merah seakan menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan yang akan berkunjung ke kabupaten paling timur di Pulau Jawa ini.

Jika beberapa tahun yang lalu, Kabupaten Banyuwangi dikenal dengan ilmu hitam (santet), kini stigma itu lambat laun telah berubah dengan pengenalan destinasi wisata secara besar-besaran oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.

Sebelum wisata Pulau Merah dikenal mendunia seperti sekarang ini, keberadaanya sering dianggap remeh oleh masyarakat setempat.

"Mau dijadikan apa, dari dulu pantai dan lokasinya juga seperti ini," timpal Rofik menirukan pesimistis warga saat itu.

Menyikapi pesimistis warganya, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dengan kerja keras dan kerja cerdas melakukan pembangunan jalan sepanjang sekitar 5 kilometer supaya bisa bisa dilewati kendaraan bus untuk menuju ke Wisata Pantai tersebut.

"Bahkan pada tanggal 24 hingga 26 Mei 2013 yang menjadi tonggak sejarah Pulau Merah yakni diadakannya lomba selancar di Pulau Merah, yaitu Banyuwangi International Surf Competition 2013 yang diikuti oleh 15 negara," ungkapnya.

Tidak tanggung-tanggung, wisata dan olahraga yang melibatkan warga asing itu mampu menyedot perhatian dan decak kagum warga sekitar. Bukti Bupati Anas dipenuhi untuk menjadikan Pulau Merah sebagai salah satu destinasi wisata baru terbukti.

Namun demikian, upaya untuk mempertahankan wisata ke Pulau Merah tidak hanya berhenti di situ saja. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi harus gencar melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan promosi wisata. Salah-satunya dengan memberdayakan masyarakat sekitar dengan membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

"Tidak mudah memang mengubah stigma masyarakat yang pesimistis untuk maju menjadi masyarakat yang sadar akan potensi wisata di daerahnya. Bahkan pada saat pembentukan pertama kali kelompok tersebut, ada 11 orang yang mengajukan dirinya untuk menjadi ketua," katanya.

Tentunya, untuk menjadi ketua Pokdarwis tidaklah mudah. Tidak semudah yang diangan-angankan warga masyarakat yang jika memiliki tendensi meraup keuntungan besar.

"Untuk menyeleksi sebelas orang tersebut juga tidak mudah. Akhirnya kami meminta kepada para calon ketua itu untuk mempresentasikan program kerja yang akan dilaksanakan untuk memajukan potensi wisata di Pulau Merah ini," kilahnya.

Ia mengatakan, banyak di antara mereka yang harus kandas di tengah jalan, karena tidak tahu harus diapakan potensi yang ada di Pulau Merah ini. Hingga pada akhirnya, ada seorang guru yang memiliki gagasan briliant untuk pengembangan pulau merah yang saat ini menjadi ketuga Pokdarwis di Pulau Merah ini.

Sejak dibentuknya Pokdarwis itu, sampai dengan saat ini potensi-potensi wisata baru yang bisa dijual di sekitar Pulau Merah terus bertambah. Dari catatan yang ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, terdapat sekitar 20 lokasi wisata yang bisa dikembangkan di Pulau Merah.

"Salah satu wisata yang bisa dituju di sekitar Pulau merah adalah gugusan Watu Sepur, Watu Layar dan juga ada Pulau Burung," katanya.

Pondok 

Berada di tempat wisata Pulau Merah ini, jangan harap akan menemukan hotel bintang empat atau bintang lima yang dibangun di sepanjang bibir pantai. Jangankan cottage-cottage mewah dengan jacuzi yang ada di dalamnya akan mudah ditemui di lokasi wisata ini. Yang ada hanyalah rumah-rumah penduduk yang disewakan untuk para wisatawan yang ingin menginap di tempat ini.

Terdapat sekitar 100 hunian rumah warga yang bisa digunakan untuk menikmati wisata di Pulau Merah, terutama bagi pecinta olahraga selancar. Masing-masing rumah warga tersebut disewakan dengan harga seragam yakni Rp1,5 juta setiap malamnya. Harga cukup mahal untuk menyewa rumah warga. Akan tetapi, harga tersebut sebanding dengan eksotisme pantai laut Selatan Pulau Jawa ini.

Menurut M Rofik, sejak dibukanya tempat wisata di Pulau Merah ini, banyak warga masyarakat yang belajar untuk menjadi pemandu olahraga selancar. Hal itu karena ombak yang ditawarkan di Pulau Merah ini tidak begitu besar seperti yang diminato oleh peselancar profesional.

"Jadi sangat cocok digunakan oleh peselancar pemula yang ingin mencoba olahraga pemacu adrenalin ini," katanya.

Meskipun tidak memiliki papan selancar di tempat ini juga disediakan persewaan papan selancar dengan dengan biaya sekitar Rp125 ribu untuk dua jam waktu sewa.

Di Pulau Merah ini, selain pemandangan laut lepas, yang menjadi salah satu andalah di Pulau Merah ini adalah saat matahari tenggelam.

"Pemandangannya bagus, beruntung sampai di pantai Pulau Merah bisa menikmati matahari tenggelam yang banyak dikabarkan oleh teman-teman saya," timpal Yani Hirmawati, salah satu karyawan rumah sakit saat berlibur bersama dengan keluarga beberapa waktu lalu.

Menurut ibu dua anak ini, perjalanan darat dari Surabaya yang ditempuh selama kurang lebih delapan jam terbayar sudah saat menginjakkan kaki di Pulau Merah ini.

"Anak-anak juga senang bisa bermain pasir di tempat ini. Pasirnya yang lembur ditambah dengan embusan angin sepoi-sepoi membuat kami betah berlama-lama berada di Pulau Merah ini," ujarnya.

Kesenangan senada juga disampaikan oleh Muhammad Fauzan, bocah yang masih duduk dikelas dua SD itu serasa enggan beranjak pergi dari wisata di Pulau Merah ini.

"Enak bermain air laut. Tapi kalau saya ke Banyuwangi lagi, saya ingin naik pesawat, biar tidak capek di jalan," tukasnya, polos. (*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016