Surabaya (Antara Jatim) - Gubernur Jatim, Soekarwo mendorong optimalisasi penggemukan sapi dengan target satu juta setiap tahunnya, sebagai langkah pemerintah menangani ketersediaan daging sapi di Indonesia, terutama di Jatim.

"Pemerintah Provinsi (Pemprov) mempunyai program optimalisasi penggemukan sapi satu juta setiap tahunnya sebagai langkah pemerintah dalam menangani ketersediaan daging sapi," kata Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo seusai menghadiri kuliah tamu Jatimnomics di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Senin.

Ia mengatakan jika produksi sapi di Jatim masih kelebihan, namun terkadang di Jatim masih mengalami kebingungan dalam pasokan daging karena sapi-sapi tersebut diambil di beberapa tempat untuk memenuhi ketersediaan daging.

"Produksi daging sapi di Jatim terhadap nasional sebesar 22 persen. Saat ini populasi sapi di Jawa Timur sekitar 5,3 juta ekor, sedangkan jumlah pemotongan sapi potong sebanyak 520 ribu ekor per tahun," tuturnya.

Menurut dia faktor kelangkaan daging disebabkan adanya hukum pasar, dimana terdapat hukum harga selisih, maka produksi sapi-sapi akan keluar ke Jatim, biasanya ke Jawa Barat dan Jawa Tengah.

"Jatim ini menjadi produksi ternak tertinggi di Jatim, sehingga jika menjelang hari-hari besar, maka sapi-sapi akan laris dijual keluar Jatim karena hal ini adalah hukum pasar," tuturnya.

Ia mengakui jika Pemprov tidak bisa membatasi perdagangan sapi-sapi keluar Jatim, karena sama saja memutus rangkaian perekonomian, namun masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki agar tidak ada lagi keresahan dalam stok daging sapi.

Di sisi lain, dikonfirmasi terpisah, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair, Sri Pantja Madyawati menjelaskan bahwa untuk meningkatkan produktivitas sapi diperlukan suplai protein hewani yang ditunjang tiga faktor, yaitu "breeding, feeding dan manajemen".

"Faktor breeding terkait dengan reproduksi seekor sapi betina untuk menghasilkan anak sapi menggunakan bibit unggul dari sapi-sapi lokal di Indonesia sehingga dapat mempertahankan diversitas jenis sapi di Indonesia untuk meningkatkan populasi sapi demi memenuhi kebutuhan konsumsi daging di Indonesia," terangnya.

Selain itu, dalam pengembanganbiakan sapi, efisiensi reproduksi yaitu ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting dan menghasilkan keturunan dengan penggunaan secara optimum kapasitas reproduksi sangat penting.

"Untuk menurunkan inefisiensi reproduksi, maka proses pembuatan semen beku sangat penting karena akan mempengaruhi conception rate ketika dilakukan buatan pada satu ekor induk sapi," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016