Surabaya (Antara Jatim) - Salah seorang mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Surabaya, Erri Indra Kautsar (19) yang diduga menjadi anggota aliran radikal yaitu Organisasi Masyarakat (Ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

"Erri meninggalkan rumahnya sejak Agustus 2015 dan belum kembali hingga saat ini. Saya mengetahui Erri bergabung dengan Gafatar sekitar semester II dan menghilang saat dia masih di semester IV," kata Ayah Erri, Suharijono, di Surabaya, Selasa.

Saat di temui dirumahnya di Perumahan TNI AL Jalan Suripto, Kenjeran, Surabaya, ia menambahkan jika terakhir kali dia bertemu dengan putranya pada 17 Agustus 2015, tepatnya sekitar pukul 19.00 WIB. 

"Saat itu Erri pamit hendak keluar rumah pada 17 Agustus 2015. Ketika keluar, dia dijemput oleh salah seorang temannya, yang juga merupakan anggota Gafatar, bernama Bisma Permana (18)," paparnya.

Menurut dia, ketika itu putranya hanya berpamitan akan ada proyek dengan temannya sambil membawa kardus, dan tas ransel, namun setelah pamit, Erri sama sekali tidak pulang. 

"Saya mengetahui putra saya menghilang, setelah menemukan secarik surat di kamar Erri. Isi dari surat itu intinya pamitan dari Erri, jika dia sedang pergi, dan tidak perlu khawatir dan dicari," terangnya.

Suharijono kemudian segera melaporkan kasus itu kepada Kepolisian Daerah Jawa Timur tanggal 28 Agustus 2015, namun tidak ada respons hingga akhirnya ia mencari sendiri dengan istrinya. 

"Saya dan istri sendiri yang akhirnya mencari sendiri anak saya dan meminta bantuan aparat Badan Kesatuan dan Kebangsaan-Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya, kemudian Pemerintah Kota Surabaya berupaya membantu mediasi via sambungan telepon dengan mengontak pengurus Gafatar Jawa Timur," jelasnya.

Pada Oktober 2015, ia mendapat kabar dari Erri yang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, bahkan berjanji akan pulang ke rumah pada 25 Desember lalu. 

"Saya tunggu hingga 25 Desember, namun anak saya tidak kunjung pulang juga. Saya berharap polisi atau pemerintah kota bisa segera menemukannya, karena tidak ingin anak saya ikut ajaran-ajaran agama yang menyimpang," jelasnya.

Sementara itu, di kantor DPK Gafatar Surabaya di Jalan Bendul Merisi, Jalan Tales II/12, Surabaya tidak ditemui kegiatan maupun anggota dari Gafatar karena berdasarkan informasi sudah pindah sejak bulan September 2015.

"Memang kantornya menjadi satu dengan Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Surabaya yang terletak persis di belakangnya, namun mereka sudah pindah sejak bulan September tahun lalu. Kegiatannya selama ini juga bersifat sosial seperti pengobatan gratis, bakti sosial, dan kerja bakti," tandas ketua RT Bendul Merisi, Muhammad Yusuf. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016