Masa lalu adalah sejarah, saat ini adalah goresan dan masa depan adalah harapan, begitulah kata bijak yang sering menyeruak di ruang publik. Tahun 2016 baru saja tiba, dan tahun 2015 baru saja ditinggalkan. Artinya, sejarah telah terukir, dan sekarang tinggal bagaimana menggoreskan langkah untuk bisa menggapai asa di tahun baru.

Sedikit menoleh ke belakang, pada 2015 telah banyak peristiwa yang ditorehkan bangsa Indonesia dalam berbagai sendi kehidupan, seperti politik, hukum,  ekonomi, sosial dan budaya.

Di bidang politik, pelaksanaan pilkada serentak di seluruh Indonesia yang kendati relatif  lancar, tapi masih menyisakan protes-protes.  Dualisme kepengurusan Partai Golkar dan PPP juga cukup menyita perhatian masyarakat, utamanya bagi kalangan anggota dan kader partai tersebut.  Tidak hanya itu, kasus yang belakangan cukup membuat gaduh perpoltikan nasional adalah masalah ada atau tidaknya pelanggaran etika pimpinan DPR.

Terkait dengan bidang hukum, masalah penggunaan narkoba yang kemudian dinyatakan sebagai darurat narkoba dan hukuman mati bagi para bandar, penanganan kasus korupsi melalui tangkap tangan, serta  proses pemilihan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan terpentalnya calon dari jajaran KPK, cukup menguras perhatian pula.

Di bidang ekonomi juga cukup banyak, di antaranya dengan fluktuatifnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berdampak luas terhadap pasar, penyesuaian harga bahan bakar bakar minyak yang selalu direaksi masyarakat maupun dunia usaha, penyesuaian upah minimum kabupaten/kota yang menjadi rutinitas tahunan dan persiapan serta kesiapan Indonesia  menghadapi era pasar bebas ASEAN (MEA).

Dalam bidang sosial  dan budaya, bangsa Indonesia tidak hanya dihadapkan dengan masalah yang terkait dengan bencana asap, tapi juga bencana lainnya, seperti erupsi Gunung Sinabung yang memaksa masyarakat mengungsi, terbunuhnya aktrivis anti-tambang di Lumajang, dan masalah sosial budaya lainnya.

Ke depan sikap serakah yang sering mewarnai perjalanan negeri ini, baik yang terkait dengan aktivitas di bidang politik, hukum, ekonomi dan sosial budaya diharapkan bisa ditekan agar suatu saat bisa dihilangkan, sebab sikap serakah, bisa menggerogoti berbagai sendi kehidupan. Serakah bisa menyebabkan orang bertindak korup, serakah bisa memicu orang abai bertindak adil, serakah dapat membuat orang lupa jati dirinya sebagai makhluk sosial, dan serakah bisa menutup hati nurani untuk bertindak baik.

Menatap tahun 2016, pekerjaan besar bangsa Indonesia yang telah di depan mata di antaranya adalah menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta merupakan pasar yang sangat seksi. Banyak negara melirik pasar Indonesia.

Karena itu, agar bangsa Indonesia bisa menjadi tuan di negeri sendiri, dan diharapkan juga menjadi pelaku di pasar luar negeri, harus siap menghadapinya.  Kesiapan tidak hanya dari sisi pemerintah, tapi juga masyarakat yang langsung berinteraksi dengan  pasar. Pelatihan-pelatihan dan sertifikasi merupakan salah satu  upaya untuk itu.

Kegaduhan-kegaduhan politik yang bisa berdampak terhadap kurang kondusifnya iklim usaha harus dihilangkan, proses berdemokrasi diharapkan berjalan sesuai rel yang ada, kepastian hukum diharapkan mampu memberi rasa keadilan, sedangkan revolusi mental yang hakekatnya adalah berhijrah juga mewarnai napas kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Para pemimpin daerah yang terpilih pada Pilkada serentak 2015  tentu dituntut komitmennya untuk mengembangkan, memajukan daerahnya demi kemakmuran dan kesejahteraan. Anggapan bahwa setelah terpilih yang dipikirkan adalah pengembalian ongkos politiknya, harus dibuang jauh-jauh. Sedangkan masyarakat yang sempat terkotak-kotak pada saat pesta demokrasi, diharapkan segera mencair agar bisa saling bahu-membahu membangun daerahnya. 

Contoh-contoh di atas sudah pasti hanya sebagian kecil dari.rangkaian  peristiwa yang mengisi hari-hari bangsa Indonesia di tahun 2015. Masih banyak yang tak terurai di sini. Tapi, pada hakekatnya, contoh-contoh tersebut merupakan rapor yang butuh sikap kritis dari semua pihak agar kondisi Indonesia di tahun 2016 semakin baik dan sejahtera.  

Negeri yang  Gemah Ripah Loh Jinawi (kaya raya hasil bumi dan subur) ini tentu bukan milik segelintir orang atau kelompok tertentu,  tapi milik semua warga bangsa. Karena itu,  kekayaan itu harus dikelola dengan baik dan bijak agar terwujud  negeri yang Toto Tentrem Kerto Raharjo (tertata, tertib, tenteram dan sejahtera). Keserakahan dan bahkan penjarahan sudah pasti merupakan bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita luhur tersebut.  Selamat Tahun Baru 2016.  (*)

Pewarta: Slamet Hadi Purnomo

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015