Kediri (Antara Jatim) - Sejumlah seniman dari Kediri serta beberapa daerah di Indonesia melakukan pagelaran seni di lokasi wisata Gua Selomangleng, Kota Kediri, Jawa Timur, demi melestarikan sejarah.
     
"Kami ingin melestarikan sejarah, dan untuk saat ini kami berusaha mengambil dari sisi lain kesenian, yaitu nonbenda," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Pemkot Kediri Nur muhyar di Kediri, Minggu.
     
Dalam kegiatan ini, para seniman unjuk kebolehan dengan melakukan tari-tarian. Mereka melakukan atraksi keseniannya tepat di lokasi Gua Selomangleng, Kediri. Mereka juga mengenakan atribut sesuai dengan tarian yang ditampilkan. 
     
Sejumlah penari yang tampil seperti Suprapto Suryodarmo (Padepokan Lemah Putih, Solo), Djarot B. Darsono, Hery Suwanto dan Eko Supendi (Studio Taksu, Solo), Elly D. Luthan (Jakarta), Rumah Tari Sanghisu (Bandarlampung), Agung Suharyanto (Medan), Komunitas Kediri Bertutur, dan sejumlah seniman lainnya. 
     
Kegiatan ini mengambil tema "Srawung Mandala Selomangleng". Kegiatan ini bertujuan merevitalisasi fungsi sakral Gua Selomangleng sebagai tempat sumber ilmu pengetahuan dan keselarasan. 
     
Selain menampilkan pagelaran kesenian, acara ini juga diikuti dengan sarasehan budaya. Tema pembahasan budaya ini tak jauh beda dari Gua Selomangleng, serta cerita Dewi Kilisuci maupun Panji.
     
Nur mengatakan, Kediri memang minim dari sisi peninggalan budaya, namun Kediri mempunyai cerita rakyat luar biasa tentang Gua Selomangleng. Bahkan, cerita ini juga menjadi salah satu cerita yang menarik sampai ke luar negeri.
     
"Peninggalan nonbenda ini harus dipelihara, supaya sejarah Kediri tetap terpelihara dengan baik. Ini kewajiban semua, bahkan sejarah Kediri ini yang sampai ke luar negeri," katanya.
     
Ia juga mengatakan, dalam kegiatan ini sengaja melibatkan seniman dari luar kota. Ia berharap dengan berbagai pagelaran budaya itu, akan semakin memperkaya rujukan serta ragam kesenian di kota ini.
     
Pentas kesenian itu dihadiri ratusan pengunjung dari berbagai daerah. Bahkan, mereka juga ikut mengabadikan pentas tersebut untuk dokumen. Mereka juga menikmati pagelaran yang disuguhkan para seniman dari awal hingga akhir. 
     
Dari sejarah, tempat Gua Selomangleng merupakan situs yang juga tempat pertapaan "Sanggrama Wijayatunggadewi" atau yang lebih dikenal dengan nama Dewi Kilisuci. Ia adalah seorang puteri mahkota dari Kerajaan Kahuripan. Dewi Kilisuci atau Sanggrama Wijaya adalah puteri Raja Airlangga yang lebih memilih jalan pertapaan demi mencapai pencerahaan daripada menjadi pewaris tahta kerajaan.
     
Kisah perjalanan Dewi Kilisuci memiliki kemiripan dengan perjalanan Sidharta Gautama yang pergi meninggalkan kemewahaan istana demi perjalanan suci. Gua Selomangleng, merupakan Widya Kadewatan atau Widya Mandala, yang berarti tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan. 
     
Dewi Kilisuci dikenal sebagai sosok sentral bersatunya Panji dan Dewi Sekartaji. Bersatunya Panji dan Dewi Sekartaji, berarti bersatunya kerajaan Jenggala dan Daha (Kediri). Kisah Dewi Kilisuci sebagai pemersatu Panji dan Dewi Sekartaji terdapat dalam cerita atau lakon "Panji Semirang". 
     
Kisah Dewi Kilisuci ini juga banyak dikaitkan dengan mitos, legenda, folklor, sampai seni tradisi. Mitos Lembu Sura dan Mahesa Sura yang ada di Gunung Kelud, kesenian kuda kepang, reog kendang, cerita Panji Semirang dan sejumlah cerita lainnya. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015