Malang (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan Kota Malang, Jawa Timur, kini gencar melakukan sosialisasi terkait besarnya manfaat daun kelor bagi kesehatan dan peningkatan gizi serta protein, yang bisa menjadi alternatif pemenuhan gizi balita.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang Dr Asih Tri Rahmi Nuswantari di Malang, Kamis, mengemukakan, pihaknya ingin menjadikan daun kelor itu sebagai alternatif untuk memenuhi gizi pada anak dan balita. Daun itu akan diolah menjadi makanan dan dibagikan kepada mereka.
"Tahun depan, rencana itu diharapkan berjalan. Program tersebut sekaligus mengganti program pembagian susu dan biskuit bagi balita di Posyandu yang telah berlangsung bertahun-tahun. Tak hanya anak-anak, kami juga mengimbau seluruh masyarakat untuk mengonsumsinya sebagai pengganti protein dalam susu," kata Asih di sela memperingati Hari Kesehatan Nasional di Baiduri Sepah Ballroom Malang, Jawa Timur.
Menurut Asih, susu dan daun kelor sama-sama mengandung gizi tinggi, namun daun kelor menang untuk urusan ekonomis. Sebab, daun itu di Kota Malang bisa tumbuh subur dan di pasaran daun itu belum banyak dimanfaatkan sehingga harganya pun jauh lebih murah dibanding harga susu segar.
Dan, lanjutnya, kelebihan daun kelor juga lebih banyak ketimbang susu segar. Daun kelor memiliki kandungan zat besi yang cukup tinggi serta vitamin lainnya, selain protein.
Meski memiliki banyak kandungan gizi, kata Asih, konsumsi daun kelor di kalangan masyarakat Kota Malang masih terbatas. Pemahaman masyarakat soal manfaatnya juga masih minim dan itu bisa dimaklumi, sebab mengkonsumsi daun kelor dalam jumlah besar setiap hari merupakan kebiasaan yang tak lumrah, berbeda dengan mengkonsumsi segelas susu segar yang dilakukan setiap saat.
"Oleh karena itu, Dinkes terus berusaha mengubah persepsi itu. Kami akan gencar mengenalkan daun kelor. Ini sebenarnya hanya masalah kebiasaan saja. Kalau nanti sudah biasa, pasti akan ada peningkatan konsumsi daun itu, tutur Asih.
Ia berharap daun kelor bisa menjadi alternatif pencegahan gizi buruk di Kota Malang. Meski rasio penderita gizi buruk di Kota Malang 67.000:59 atau tidak sampai satu persen, pencegahan terhadap terjadinya gizi buruk dengan mengkonsumsi daun kelor akan lebih baik ketimbang mengobati atau memulihkannya.
Bagi Asih, anak perlu asupan gizi yang layak. Kebanyakan anak dengan gizi buruk berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah sehingga orang tua tidak sanggup memenuhi kebutuhan gizi tersebut. Dan, produk olahan daun kelor ini bisa menjadi solusi, meski tidak menjadi makanan utama, tapi mampu melengkapi kebutuhan protein atau gizi bagi tubuh.
Selain baik untuk anak-anak dan balita, kata Asih, kandungan zat besi pada daun kelor juga cocok dikonsumsi ibu hamil. Di Kota Malang, kasus ibu hamil yang meninggal setelah melahirkan karena kekurangan darah memang tidak tinggi, namun Dinkes berupaya kasus kematian ibu melahirkan berkurang hingga nol persen.
Sementara itu Wali Kota Malang Moch Anton mengaggap pemenuhan gizi penting buat meningkatkan kualitas sumber daya manusia berkualitas. "Harapan kami, pencanangan kegiatan sadar gizi di Kota Malang patut didukung oleh semua pihak," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang Dr Asih Tri Rahmi Nuswantari di Malang, Kamis, mengemukakan, pihaknya ingin menjadikan daun kelor itu sebagai alternatif untuk memenuhi gizi pada anak dan balita. Daun itu akan diolah menjadi makanan dan dibagikan kepada mereka.
"Tahun depan, rencana itu diharapkan berjalan. Program tersebut sekaligus mengganti program pembagian susu dan biskuit bagi balita di Posyandu yang telah berlangsung bertahun-tahun. Tak hanya anak-anak, kami juga mengimbau seluruh masyarakat untuk mengonsumsinya sebagai pengganti protein dalam susu," kata Asih di sela memperingati Hari Kesehatan Nasional di Baiduri Sepah Ballroom Malang, Jawa Timur.
Menurut Asih, susu dan daun kelor sama-sama mengandung gizi tinggi, namun daun kelor menang untuk urusan ekonomis. Sebab, daun itu di Kota Malang bisa tumbuh subur dan di pasaran daun itu belum banyak dimanfaatkan sehingga harganya pun jauh lebih murah dibanding harga susu segar.
Dan, lanjutnya, kelebihan daun kelor juga lebih banyak ketimbang susu segar. Daun kelor memiliki kandungan zat besi yang cukup tinggi serta vitamin lainnya, selain protein.
Meski memiliki banyak kandungan gizi, kata Asih, konsumsi daun kelor di kalangan masyarakat Kota Malang masih terbatas. Pemahaman masyarakat soal manfaatnya juga masih minim dan itu bisa dimaklumi, sebab mengkonsumsi daun kelor dalam jumlah besar setiap hari merupakan kebiasaan yang tak lumrah, berbeda dengan mengkonsumsi segelas susu segar yang dilakukan setiap saat.
"Oleh karena itu, Dinkes terus berusaha mengubah persepsi itu. Kami akan gencar mengenalkan daun kelor. Ini sebenarnya hanya masalah kebiasaan saja. Kalau nanti sudah biasa, pasti akan ada peningkatan konsumsi daun itu, tutur Asih.
Ia berharap daun kelor bisa menjadi alternatif pencegahan gizi buruk di Kota Malang. Meski rasio penderita gizi buruk di Kota Malang 67.000:59 atau tidak sampai satu persen, pencegahan terhadap terjadinya gizi buruk dengan mengkonsumsi daun kelor akan lebih baik ketimbang mengobati atau memulihkannya.
Bagi Asih, anak perlu asupan gizi yang layak. Kebanyakan anak dengan gizi buruk berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah sehingga orang tua tidak sanggup memenuhi kebutuhan gizi tersebut. Dan, produk olahan daun kelor ini bisa menjadi solusi, meski tidak menjadi makanan utama, tapi mampu melengkapi kebutuhan protein atau gizi bagi tubuh.
Selain baik untuk anak-anak dan balita, kata Asih, kandungan zat besi pada daun kelor juga cocok dikonsumsi ibu hamil. Di Kota Malang, kasus ibu hamil yang meninggal setelah melahirkan karena kekurangan darah memang tidak tinggi, namun Dinkes berupaya kasus kematian ibu melahirkan berkurang hingga nol persen.
Sementara itu Wali Kota Malang Moch Anton mengaggap pemenuhan gizi penting buat meningkatkan kualitas sumber daya manusia berkualitas. "Harapan kami, pencanangan kegiatan sadar gizi di Kota Malang patut didukung oleh semua pihak," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015