Surabaya (Antara Jatim) - Tiga bayi yang divonis tim dokter RSUD dr. Soetomo Surabaya positif Human Immunodeficiency Virus (HIV) sudah diperbolehkan pulang, namun tim dokter mengimbau kepada orang tua agar melakukan serangkaian pengobatan untuk mencegah berkembangnya virus.

"Ketiga bayi yang terkena virus HIV sudah pulang tadi pagi, dua bayi berjenis kelamin perempuan sedangkan satu lagi berjenis kelamin laki-laki," kata dokter yang menangani pasien bayi HIV, Dr. Leny Kartina, Sp.A ketika ditemui di RSUD dr. Soetomo, Selasa.

Ia mengatakan, Bayi berinisial D berusia enam hari berasal dari Surabaya dengan jenis kelamin laki-laki, sedangkan dua bayi perempuan berinisial Y berasal dari Gresik dan bayi berinisial R berusia 10 hari berasal dari Mojokerto.

"Anak yang lahir dari ibu mengidap HIV/AIDS (atau disebut ODHA/Orang Dengan HIV/AIDS), sekitar 90 persen bisa membawa antibodi HIV milik sang ibu ke tubuhnya, sedangkan sisanya bisa terjadi akibat transfusi darah maupun pelecehan," tuturnya.

Menurut dia, untuk mendeteksi virus HIV pada bayi, ada dua tahap. Jika bayi berusia di bawah 18 bulan saat diperiksa bisa jadi positif HIV karena membawa antibodi HIV dari sang ibu, namun ketika usia di atas 18 bulan, antibodi tersebut bisa hilang, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulang.

"Kebanyakan bayi yang tidak terinfeksi HIV menunjukkan hasil tes non-reaktif pada usia 12 bulan, namun jika hasil reaktif pada saat itu, tes harus diulang lagi, dan bayi baru dapat dipastikan terinfeksi HIV bila hasil tes tetap reaktif pada usia 18 bulan," jelasnya.

Berbeda dengan tes antibodi, tambahnya tes virus dapat menentukan apakah bayi terinfeksi pada usia dibawah 18 bulan, dengan menggunakan tes alat PCR (Polymerase Chain Reaction) (LI 125), yang biasanya dilakukan untuk mengukur viral load, dapat mendeteksi virus dalam darah, dan dapat dipakai untuk diagnosis HIV pada bayi.

"Untuk sekali periksa PCR ini memang sangat mahal, dengan membutuhkan biaya sekitar Rp1,2 juta, sedangkan pemeriksaan tes antibodi hanya Rp300 ribu karena tes PCR lebih sulit dilakukan dibandingkan tes antibodi. Tes ini hanya dapat dilakukan di laboratorium khusus di Indonesia," terangnya.

Ia menambahkan, penanganan lebih lanjut apabila dilakukan intervensi pengobatan Antiretroviral (ARV) secara teratur dan rutin, maka harapan hidup bayi yang terkena virus HIV tersebut sama seperti bayi normal pada umumnya.

"Pengobatan ARV diberikan secara gratis bagi penderita HIV/AIDS dalam lima bentuk kapsul, pil maupun tablet yang disesuaikan oleh pasien, yang diberikan setiap satu bulan sekali dan harus diminum secara teratur dan rutin," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015