Surabaya (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut selama November 2015 Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,06 persen, atau lebih rendah dibanding nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,21 persen. 
     
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, M Sairi Hasbullah, di Surabaya, Selasa mengatakan inflasi Jatim pada November 2015 merupakan inflasi terendah dibandingkan inflasi pada November lima tahun sebelumnya. 
     
Ia menyebutkan, pada November 2010 inflasi Jatim sebesar 0,47 persen, November 2011 (0,51 persen), 2012 (0,21 persen), 2013 (0,19 persen) dan pada November 2014 inflasi  mencapai 1,38 persen.
     
"Rendahnya inflasi pada November 2015 dibanding lima tahun sebelumnya membuktikan Jawa Timur cukup berhasil mengendalikan pergerakan harga dibanding provinsi lain," ucap Sairi dalam keterangan persnya di Kantor BPS Jatim.
      
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Jatim adalah harga daging ayam ras yang naik 2,7 persen, rokok kretek filter 1,4 persen, telur ayam ras 2,6 persen, serta keberadaan pasir yang naik 2,5 persen. 
     
"Ini adalah gejala unik, demand pasir tinggi hingga sekarang dan memberikan kontribusi ke inflasi Jawa Timur, kemungkinan karena akhir tahun yang merupakan puncak pembangunan infrastruktur, sehingga harganya meningkat," ucapnya.
      
Oleh karena itu, saran Sairi, stok pasir di beberapa wilayah Jawa Timur perlu diamankan agar tidak terjadi kekurangan stok yang berakibat melambungnya harga. 
      
Selain itu, komoditas lainnya adalah tomat sayur 12,21 persen, dan rokok kretek yang naik cukup signifikan 0,98 persen, ikan mujair naik 3,50 persen, daging sapi 0,60 persen, labu siam/jipang, dan bandeng masing masing naik 8,91 persen dan 1,87 persen.
      
"Khusus untuk rokok, dipicu adanya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 198/PMK.10/2015 tentang tarif cukai hasil tembakau yang memastikan tarif cukai rokok mengalami kenaikan rata-rata 11,19 persen mulai 1 Januari 2016," katanya.
       
Sementara itu, untuk komoditas yang memberikan andil terjadinya deflasi di Jatim di antaranya turunnya harga emas perhiasan 6,21 persen, yakni dari sebelumnya Rp506 ribu per gram turun menjadi Rp 475 ribu per gram. 
       
Serta harga cabai rawit yang turun 23,38 persen, minyak goreng (3,67 persen), jeruk (2,31 persen), beras turun (0,22 persen), dan beberapa komoditi lainnya seperti wortel (4,48 persen), semen (0,35 persen), bensin eceran (1,51 persen), cumi-cumi (1,57 persen) dan tarif listrik (0,16 persen).
       
Untuk keseluruhan Ibu Kota Provinsi di Pulau Jawa, lima kota mengalami inflasi dan satu kota mengalami deflasi, dan Inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 0,79 persen, diikuti Semarang sebesar 0,21 persen, Kota Bandung sebesar 0,19 persen, Kota Yogyakarta sebesar 0,13 persen dan Kota Jakarta sebesar 0,12 persen. 
      
"Untuk Kota Surabaya, pada November 2015 mengalami deflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang memicu terjadinya deflasi di kota itu adalah turunnya komoditi emas perhiasan, cabe rawit, minyak goreng, beras dan sayur wortel," katanya.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015