Brasilia, (Antara/Xinhua-OANA) - Media dari negara BRICS harus menempa gagasan guna menjebol hegemoni Barat dalam pelaporan berita, kata seorang pejabat senior lembaga penyiaran umum Brazil dalam wawancara baru-baru ini dengan Xinhua.

Andre Barbosa, Direktur Pelaksana Hubungan Luar di radio milik pemerintah Brazil dan operator  TV EBC, juga mengatakan berbagai upaya mesti dilancarkan di dalam blok tersebut membebaskan arus informasi guna memungkinkan hadirnya suara yang berbeda di dalam pers global.

Barbosa mengeluarkan pernyataan itu sebelum acara pertama Pertemuan Tingkat Tinggi BRICS, yang dijadwalkan berlangsung pada 1 Desember di Ibu Kota Tiongkok, Beijing. EBC berencana menghadiri acara tersebut bersama dengan organisasi media terkemuka dari anggota BRICS --yaitu Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan.

Pada 1950-an sudah ada kesadaran bahwa negara maju telah mendominasi pelaporan berita global dengan berita yang berorientasi ke Barat, kata Barbosa, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Ia menambahkan satu-satunya jalan untuk mengubah situasi itu ialah dengan "menciptakan blok ekonomi melalui industri pers terpadu guna menanggulangi dominasi Barat".

Telah ada upaya seperti CCTV Tiongkok, Today Rusia dan Al Jazeera untuk menyediakan pengaruh tandingan terhadap pandangan Barat mengenai dunia di dalam pemberitaan, kata Barbosa.

Wakil media dari kelima negara BRICS dijadwalkan bertemu di Beijing guna mempertimbangkan berbagai cara untuk berbagi isi produksi jurnalistik dan hiburan.

Mereka juga direncanakan membahas kemungkinan upaya gabungan dalam pengembangan peraturan dan teknologi informasi yang akan digunakan bagi proyek media di kalangan anggota BRICS, kata Barbosa.

Brazil berencana menyajikan dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut proyek 4D-nya, sistem penyaluran yang bertujuan menghadirkan TV digital dan Internet ke wilayah yang kurangh berkembang di Brazil.

"Masalah penyertaan digital sangat penting buat semua negara BRICS ... Kita harus mengembangkan teknologi untuk mencapai masyarakat terpencil dan membantu menciptakan pekerjaan," ia menjelaskan.

Proyek D4 tersebut akan diluncurkan di Brazil pada Oktober 2015, dan dirancang untuk menggantikan layanan Internet di daerah tertentu.

"Proyek 4D Brazil (Digital, Development, Diversity, Democracy) akan memungkinan aliran data melalui frekuensi radio. Dengan cara ini, kami dapat menjangkau 60 juta orang Brazil yang tak memiliki akses Internet di dalam negeri," kata Barbosa.

Teknologi, yang dikembangkan oleh Pointical Catholic University di Rio de Janeiro, sudah disebarkan ke negara di Amerika Latin, dan juga akan digunakan di Botswana," ia menambahkan.(*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015