Tulungagung (Antara Jatim) - Stok pupuk bersubsidi di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur saat ini terus menipis, sehingga diperkirakan tidak mencukupi kebutuhan selama musim tanam periode akhir November-Desember.
    
"Kalau tidak diantisipasi bisa mengganggu masa tanam. Semoga petani bisa mengantisipasi ini dengan beralih ke pupuk organik yang lebih ramah terhadap keseuburan lahan," kata Kepala Dinas Pertanian Tulungagung, Suprapti di Tulungagung, Sabtu.
    
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sediaan pupuk bersubsidi untuk petani lebih cepat habis terserap ketimbang prakiraan masa kebutuhan yang direncanakan sebelumnya.
    
Salah satunya, kata Suprapti, karena masih banyak petani yang kurang mengindahkan penggunaan pupuk kimia.
    
Sementra, pupuk organik justru cenderung ditinggalkan karena dianggap lebih lama dalam hal pertumbuhan tanaman. "Saat ini sudah berkurang dan stok menipis," ujarnya.
    
Dari data dinas, pupuk bersubsidi yang banyak digunakan petani dan saat ini menipis, di antaranya urea, Za, SP36, NPK, dan Organik.
    
Urea saat ini tersisa sekitar 3.518 ton dari alokasi 30.924 ton, sementara pupuk Za tersisa 2.713 ton dengan alokasi 12.322 ton setiap tahunnya.
    
SP36 masih tersisa 198 ton dari alokasi per tahun 1.688 ton dan NPK tersisa 1.733 ton dari alokasi 17.784 ton per tahun.
    
"Pupuk organik tersisa 728 ton dengan alokasi 12.200 ton setiap tahun," paparnya.
    
Untuk mengantisipasi ketidakseimbangan kebutuhan dengan sediaan pupuk bersubsidi tersebut, Suprapti mengimbau agar petani bisa beralih ke pupuk organik.
    
"Tujuan penggunaan pupuk organik adalah untuk mengembalikan kesuburan tanah. Sebab, hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karangploso, Malang, organik tanah di areal persawahan Tulungagung tinggal dua persen dari standar ideal lima persen," ungkapnya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015