Surabaya (Antara Jatim) - Limbah hasil dari perampingan pohon yang dilakukan setiap hari oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya diolah kembali menjadi energi listrik yang difungsikan untuk mencukupi pasokan kebutuhan listrik Kebun Bibit Bratang dan Wonorejo.
Kepala UPT Pengolahan Rumah Kompos DKP Surabaya, Eddy Wahyu Tjandra, di Surabaya, Kamis, mengatakan berbagai upaya mandiri dilakukan DKP untuk mencukupi berbagai kebutuhan penunjang aktifitas di kebun bibit di Bratang dan Wonorejo.
"Jika sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dan digunakan untuk kelangsungan kesuburan tanah dan tanaman yang ada di penjuru kota surabaya. Maka, limbah hasil dari perampingan pohon yang dilakukan setiap harinya, diolah kembali menjadi energi listrik yang difungsikan untuk mencupi pasokan kebutuhan listrik Kebun Bibit Bratang dan Wonorejo," katanya.
Menurut dia, limbah hasil perampingan berupa ranting pohon yang dilakukan setiap hari dihampir enam titik di lima penjuru kota Surabaya, dikumpulkan dan diolah menjadi listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kebun Bibit Bratang dan Wonorejo.
"Sementara hanya dua dari 25 rumah kompos milik DKP yang memiliki pembangkit listrik tenaga sampah. Untuk menghasilkan listrik sekitar 4 ribu watt setiap harinya, DKP membutuhkan sekitar 70 hingga 80 kilogram ranting kering dan sampah plastik. Listrik hasil pengolahan tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan listrik yang ada di taman," ujarnya.
Ia mengatakan DKP bekerja sama dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS) merancang alat yang diberi nama Gasifikasi. Cara kerjanya pun cukup mudah, limbah ranting dan plastik sisa perampingan dibakar di sebuah tungku, kemudian gas hasil pembakaran berupa asap ditampung untuk menggerakan generator.
Nantinya, lanjut dia, dari generator tersebut listrik disalurkan ke empat batrai sebagai media penyimpanan energi listrik. "Meskipun listrik sebesar 4.000 watt tersebut hanya bertahan hingga tujuh jam, tapi kami optimis kedepan listrik yang dihasilkan dari limbah sampah dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan listrik di kebun bibit dalam waktu yang cukup lama," kata Eddy.
Kepala DKP Kota Surabaya, Chalid Buchari menjelaskan meskipun jauh dari sempurna, berbagai upaya dilakukan demi menciptakan lingkungan yang bersih, sembari mencukupi kebutuhan taman secara mandiri.
"Rumah kompos sendiri telah berjalan sejak tahun 2013, kedepannya kami berharap produksi pupuk di rumah kompos sendiri bisa bertambah. Jika pada tahun ini produksi kompos mencapai 40 ton tiap produksi, kami berharap kedepan bisa meningkatkan produksi hingga 50-100 ton tiap produksi. Nantinya, pupuk kompos tersebut juga bisa digunakan bagi warga secara gratis," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Kepala UPT Pengolahan Rumah Kompos DKP Surabaya, Eddy Wahyu Tjandra, di Surabaya, Kamis, mengatakan berbagai upaya mandiri dilakukan DKP untuk mencukupi berbagai kebutuhan penunjang aktifitas di kebun bibit di Bratang dan Wonorejo.
"Jika sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dan digunakan untuk kelangsungan kesuburan tanah dan tanaman yang ada di penjuru kota surabaya. Maka, limbah hasil dari perampingan pohon yang dilakukan setiap harinya, diolah kembali menjadi energi listrik yang difungsikan untuk mencupi pasokan kebutuhan listrik Kebun Bibit Bratang dan Wonorejo," katanya.
Menurut dia, limbah hasil perampingan berupa ranting pohon yang dilakukan setiap hari dihampir enam titik di lima penjuru kota Surabaya, dikumpulkan dan diolah menjadi listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kebun Bibit Bratang dan Wonorejo.
"Sementara hanya dua dari 25 rumah kompos milik DKP yang memiliki pembangkit listrik tenaga sampah. Untuk menghasilkan listrik sekitar 4 ribu watt setiap harinya, DKP membutuhkan sekitar 70 hingga 80 kilogram ranting kering dan sampah plastik. Listrik hasil pengolahan tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan listrik yang ada di taman," ujarnya.
Ia mengatakan DKP bekerja sama dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS) merancang alat yang diberi nama Gasifikasi. Cara kerjanya pun cukup mudah, limbah ranting dan plastik sisa perampingan dibakar di sebuah tungku, kemudian gas hasil pembakaran berupa asap ditampung untuk menggerakan generator.
Nantinya, lanjut dia, dari generator tersebut listrik disalurkan ke empat batrai sebagai media penyimpanan energi listrik. "Meskipun listrik sebesar 4.000 watt tersebut hanya bertahan hingga tujuh jam, tapi kami optimis kedepan listrik yang dihasilkan dari limbah sampah dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan listrik di kebun bibit dalam waktu yang cukup lama," kata Eddy.
Kepala DKP Kota Surabaya, Chalid Buchari menjelaskan meskipun jauh dari sempurna, berbagai upaya dilakukan demi menciptakan lingkungan yang bersih, sembari mencukupi kebutuhan taman secara mandiri.
"Rumah kompos sendiri telah berjalan sejak tahun 2013, kedepannya kami berharap produksi pupuk di rumah kompos sendiri bisa bertambah. Jika pada tahun ini produksi kompos mencapai 40 ton tiap produksi, kami berharap kedepan bisa meningkatkan produksi hingga 50-100 ton tiap produksi. Nantinya, pupuk kompos tersebut juga bisa digunakan bagi warga secara gratis," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015