Surabaya (Antara Jatim) - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur mengimbau warganya di Situbondo, Surabaya, dan lainnya untuk mengikuti Pilkada Serentak 2015 dengan cerdas.

"NU mendorong warganya (nahdliyin) untuk menyukseskan Pilkada Serentak dengan memilih secara cerdas dan produktif untuk kemaslahatan bersama," kata Sekretaris PWNU Jatim Prof Akhmad Muzakki di Surabaya, Selasa.

Ia mengemukakan hal itu menanggapi fenomena menjelang Pilkada Serentak yang "kurang" cerdas, seperti terjadi di Situbondo dan Surabaya, karena di Situbondo diwarnai kasus penganiayaan di lingkungan pesantren dan di Surabaya ditandai dengan "jamiyah" (organisasi) diseret.

Menurut Akhmad Muzakki yang juga Guru Besar Sosiologi Pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya itu, NU secara kelembagaan hendaknya tidak dimanfaatkan untuk kepentingan dukung-mendukung.

"Kalau atas nama jamaah atau warga, silakan saja, tapi kalu menyeret organisasi itu kurang cerdas. Kalau pesantren memang tidak masuk dalam perangkat organisasi NU, karena terserah pada kewenangan pihak pesantren, tapi tradisi NU yang tidak suka kekerasan harus dipakai," katanya.

Di Situbondo, kasus penganiayaan terhadap Sukirman (48), anggota Linmas KPPS RT/RW 2, Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Situbondo, Kabupaten Situbondo, di lingkungan sebuah pesantren memicu reaksi publik dan simpati netizen.

Pada Selasa (17/11) pukul 13:40 WIB, tagar #SavePilkadaSitubondo bertengger di peringkat ketiga trending topic twitter Indonesia.

"Besarnya simpati ini menunjukkan proses demokrasi memang tidak selayaknya diwarnai praktik premanisme dan intimidasi," ujar netizen penggagas #SavePilkadaSitubondo, Mahrus Syamwiel.

Selain mengundang simpati netizen, ratusan pemuda Situbondo dari berbagai elemen juga menggalang dana untuk pengobatan Sukirman.

"Kami menolak cara-cara preman diterapkan dalam Pilkada Situbondo. Apalagi, aksi premanisme tersebut dilakukan di dalam lingkungan pesantren," kata koordinator aksi 'Koin Untuk Sukirman"', J. Hidayat.

Sukirman mengalami kejadian memilukan pada Sabtu (24/11), karena dianiaya oleh segerombolan preman karena dituduh merobek alat peraga kampanye (APK) salah satu pasangan calon (paslon) dalam Pilkada Situbondo, sehingga dia pun sempat dirawat di RSUD Abdoel Rahem Situbondo.

Di Surabaya, beberapa badan otonom (Banom) Nahdlatul Ulama Kota Surabaya "dicatut" mendukung pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya dalam doa bersama di GOR Bung Tomo, Benowo, Pakal, Surabaya (15/11).

Beberapa Banom NU yang "dicatut" antara lain Banser, Muslimat, Fatayat, Ikatan Pelajar NU (IPNU), dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), padahal NU secara kelembagaan tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis, kecuali atas nama individu. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015