Surabaya (Antara Jatim) - Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya berharap hasil produksi industri kreatif warga Surabaya berupa batik khas Surabaya bisa menjadi salah satu komoditas andalan di pasar bebas atau era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
    
"Saya berharap batik Surabaya bisa menjadi komoditas souvenir di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 nanti," kata Cawali Surabaya Rismaharini di Surabaya, Selasa.
    
Menurut dia, batik khas Surabaya garapan ibu-ibu warga Kota Pahlawan, tidak kalah dengan batik tulis dari daerah lain, baik dari kualitas maupun coraknya.
    
Perempuan yang pernah mendapat penghargaan sebagai wali kota terbaik ketiga dunia itu mencontohkan batik hasil garapan Kelompok W-Quin, Jambangan.
    
Risma mengatakan beberapa hari lalu juga sempat menghadiri peresmian industri kreatif warga Surabaya di bawah CV Kreatif Indah Alam itu.
    
Risma menyempatkan diri menghadiri peresmian industri kreatif beranggotakan ibu-ibu rumah tangga tersebut. Sebab, kelompok yang dimotori Risnani Puji Astutik itu telah mampu menciptakan batik khas Surabaya dengan motif ikan Suro dan Boyo dikelilingi daun semanggi.
    
Risma yakin batik yang coraknya menggambarkan ikon-ikon Surabaya itu, akan menjadi komoditas yang dicari orang, khususnya dari luar daerah, ataupun dari luar negeri.
    
"Jadi kalau bisa nanti ada ungkapan, ke Surabaya belum lengkap kalau belum membeli batik khas Surabaya," ujarnya.
    
Risma juga mengajak seluruh warga Surabaya untuk terus berinovasi menciptakan ekonomi mandiri. "Saya juga berterima kasih kepada seluruh warga Surabaya, yang dengan kreativitasnya, menciptakan inovasi-inovasi baru seperti Batik Surabaya ini, demi Kota Surabaya yang kita cintai," tuturnya.
    
Sementara itu, Ketua Kelompok W-Quin, Risnani Puji Astutik mengaku, industri Batik Surabaya ‎yang dikelolanya, bermula dari kreativitas kelompok ibu-ibu rumah tangga yang dibinanya pada 2009 silam.
    
Saat Risma menjabat wali kota, kata Risnani, Pemkot Surabaya minta kelompok yang dibinanya terus mengembangkan industri batik dan membina ibu-ibu rumah tangga di wilayah-wilayah lain di Kota Pahlawan.
    
"Kita waktu itu diminta Bu Risma memberdayakan masyarakat yang lain di Kota Surabaya ini, termasuk ibu-ibu terdampak (penutupan Dolly) di Putat Jaya‎. Sekarang kita memiliki warga binaan cukup banyak di Surabaya," terang Risnani.
     ‎
Tak hanya itu, lanjut dia, Kelompok W-Quin juga diminta membuat batik yang bisa dijadikan sebagai ciri kas Kota Surabaya. "Waktu itu kita bikin batik bermotif bambu runcing. Tapi kata Bu Risma terlalu kaku, dan kita diminta mencari inovasi yang lain. Akhirnya kita dapat motif Sura dan Boyo dikelilingi daun semanggi. Bu Risma cocok," ucapnya.
    
Risnani juga mengungkapkan batik-batik buatan W-Quin ada tiga jenis, yaitu Batik Cap, Tulis dan Kain Jumputan. "Sekarang pasar kita sudah di mana-mana, tapi masih sebatas di kota-kota yang ada di Indonesia saja. Belum ke luar negeri. Batik Surabaya juga sudah sampai di Bontang," katanya.
    
Risnani dan ibu-ibu binaannya yang lain berharap Batik Surabaya karya bisa diakui alias dipatenkan. "Sekarang ini kan masih belum dipatenkan. Kita ingin batik kita diakui. Makanya kita bikin CV Kreatif Indah Alam di Jambangan ini, biar batik kita tidak diklaim daerah lain," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015