Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata. Pada akhir tahun 2015 ini kita akan memasuki era yang lebih terbuka dalam hal perekonomian dengan negara-negara tetangga kita sesama anggota ASEAN.

Berbagai regulasi perdagangan antar negara ASEAN akan makin diperlonggar demi menjadikan ASEAN sebuah pasar dan basis produksi tunggal.

Ada banyak konsekuensi yang mau tidak mau harus kita hadapi dari situ. Salah satunya adalah pasar dalam negeri kita yang akan menjadi ajang persaingan yang semakin ketat seiring dengan berbondong-bondong datangnya pelaku usaha dari negara-negara ASEAN lainnya.

Produk-produk barang dan jasa dalam negeri harus siap dengan kualitas dan layanan yang semakin meningkat agar mampu membendung "serbuan" produk dan jasa dari luar negeri.

Dampak MEA bukan hanya terasa pada tingkat perusahaan saja. MEA juga memunculkan tantangan secara individu bagi para karyawan di negara kita. Hal ini karena tenaga-tenaga kerja profesional dari luar negeri juga akan lebih mudah untuk bekerja di Indonesia.

Salah satu keunggulan para karyawan asing tersebut adalah kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris, yang tidak dapat kita pungkiri masih jauh lebih baik dari rata-rata karyawan Indonesia.

Namun hal yang paling substansial tetaplah masalah produktivitas. Sayangnya, justru di sini lah kelemahan SDM Indonesia. Sebagai contoh, hasil penelitian Bappenas dan USAID pada tahun 2013 menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja di industri sepatu Indonesia masih lebih rendah dari tenaga kerja Vietnam di industri yang sama (industri.bisnis.com, 3 April 2014).

Menurut Steven Tabor, Country Director Asian Development Bank (ADB), meskipun dari tahun ke tahun produktivitas tenaga kerja Indonesia meningkat, namun peningkatannya masih di bawah negara lain.

Misalnya saja, produktivitas tenaga kerja Indonesia hanya meningkat 60 persen dalam 14 tahun. Padahal, dalam kurun waktu yang sama, produktivitas tenaga kerja India dan China berturut-turut bisa meningkat dua kali lipat dan lima kali lipat(ekbis.sindonews.com, 7 Juli 2015).
    
Produktivitas sendiri dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara pencapaian sasaran (efektivitas) dengan tingkat penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran tersebut (eksiensi), sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran produktivitas harus mencakup kedua hal tersebut, yaitu efektivitas dan efisiensi (Robbins & Judge, 2011).

Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas karyawan Indonesia, diperlukan kerja keras dan kerja cerdas.

Mengapa perlu kerja keras dan kerja cerdas? Apa kaitan keduanya dengan produktivitas? Kerja keras diperlukan agar apapun yang kita kerjakan bisa tuntas dan sesuai harapan, dengan kata lain pekerjaan kita efektif.

Sedangkan kerja cerdas diperlukan agar dalam penyelesaian pekerjaan tidak terlalu banyak sumber daya yang terbuang percuma, baik itu waktu, tenaga, maupun biaya, dengan kata lain pekerjaan kita efisien.
    
Kerja keras hanya bisa diwujudkan dengan meningkatkan etos kerja karyawan Indonesia. Perlu terus ditanamkan mentalitas "tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah". Hal ini agar para karyawan kita mau terlebih dahulu memberikan kontribusi terbaiknya sebelum menuntut hak-hak mereka. Mereka perlu disadarkan bahwa pemenuhan hak akan lebih mudah diwujudkan jika perusahaan mengalami kemajuan berkat kerja keras para karyawan.

Untuk mewujudkan kerja cerdas banyak jalan yang bisa ditempuh, salah satunya adalah dengan menumbuhkan kemampuan berinovasi. Para karyawan yang inovatif diharapkan mampu menemukan metode-metode baru untuk bisa bekerja lebih cepat dan hemat tanpa mengorbankan hasil akhirnya.
    
Kerja cerdas bisa juga diwujudkan lewat filosofi kerja yang berorientasi mutu. Dengan orientasi mutu, karyawan akan selalu mampu memahami keinginan pelanggan. Selanjutnya, karyawan tersebut akan selalu berupaya meningkatkan standar mutu guna memenuhi keinginan pelanggan tersebut.

Akhirnya, datangnya MEA di tahun 2015 ini sudah tak dapat dihindari lagi. Pesimistis bukanlah sikap yang tepat menyambut kedatangannya. Sebaliknya, kita harus memandang MEA sebagai datangnya segudang peluang untuk terus berkarya menghasilkan yang terbaik.

Optimisme yang dibarengi dengan kerja keras dan kerja cerdas akan menjadi kendaraan kita untuk mengarungi tantangan dan menggapai kesuksesan di masa depan. (*)

---------
*) Penulis adalah dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Narotama (Unnar) Surabaya dan Kepala Bidang Pengawasan, Pengendalian, dan Penjaminan Mutu Unnar.

Pewarta: Bayu Airlangga Putra SE MM

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015