Surabaya (Antara Jatim) - Tim Pemenangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani-Whisnu Sakti Buana menyatakan tema persoalan Kebangsaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam debat publik kedua yang akan digelar 6 November 2015 sudah dipraktikkan dan selaras dengan ideologi PDI Perjuangan.
    
Sekretaris Tim Pemenangan Risma-Whisnu, Adi Sutarwijono, di Surabaya, Rabu, mengatakan sebagai kader PDIP, Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana selama menjabat Wali Kota dan Wali Kota Surabaya periode sebelumnya, selalu dalam bingkai kebangsaan dan NKRI.
    
"Dalam tataran pemerintahan, itu sudah dipraktikkan para kepala daerah dari PDI Perjuangan, termasuk Surabaya," katanya.
    
Oleh karena itu, kata Adi, pasangan Risma-Whisnu sangat siap mengikuti agenda debat publik yang diselenggarakan KPU Surabaya di Hotel Shangrila tersebut.
    
"Kami senang dengan tema yang diangkat, karena selaras dengan garis ideologi PDI Perjuangan," katanya.
    
Politisi yang juga Wakil Ketua Komisi A DPRD Surabaya ini mengatakan isu yang akan disampaikan pasangan petahana itu, di antaranya Surabaya sebagai Kota Multikultur.
    
"Artinya, Surabaya menjadi hunian semua golongan, suku, dan agama. Mereka hidup damai dan berkembang di Surabaya," ujarnya.
    
Ia menambahkan, salah satu faktor esensial selama Kota Pahlawan dipimpin kader PDIP, yakni nihil gejolak di masyarakat. "Tidak ada tawuran pelajar, atar warga kampung. Warga juga sensitif isu disharmonisasi," katanya.
    
Adi mengaku bersyukur, di Kota Pahlawan ini tidak ada letupan yang berarti karena dalam kepemimpinan Risma, yang sebelumnya juga dilakukan Bambang DH, wali kota aktif turun ke masyarakat. "Ada pertemuan reguler setiap tahun anggaran dengan Ketua RT dan RW dan ke sekolah-sekolah," ujarnya.
    
Pertemuan itu rutin digelar, salah satunya untuk menjaga keamanan dan kenyamanan di Surabaya. Sementara itu, berkaitan dengan NKRI, lanjut Awi, bahwa Kota Surabaya adalah satu kesatuan dari pemerintah pusat.
    
"Berkaitan dengan NKRI, tidak mungkin Surabaya keluar dari pakem strategi politik nasional," katanya.
    
Dia menambahkan untuk menunjukkan Surabaya sebagai kota multikultur. Selama ini semua suku hidup berdampingan dengan baik di wilayahnya masing-masing.
    
Karena itulah, dalam menghadapi debat yang ditayangkan secara langsung oleh salah satu televisi lokal, pasangan Risma-Whisnu tidak menyiapkan secara khusus. Pasangan calon hanya menelaah kembali kebijakan yang telah dilakukan selama  masa memimpin Surabaya.
    
"Kita hanya buka file kebijakan 5 tahun kemarin yang telah dikerjakan dan memberi kontribusi yang signifikan," katanya.
    
Soal keriuhan para pendukung pasangan calon, hingga ada peringatan dari pemandu debat seperti yang terjadi pada debat publik perdana di Gramedia Expo pada 30 Oktober lalu, Adi Sutarwijono mengatakan, tak ada masalah yang berarti.
    
"Namanya debat, apalagi debat yang pertama. Setahu saya selama menjadi tim pemenangan pada pilwali, pilgub hingga pilpres di mana-mana debatnya pasti riuh," katanya.
    
Adi yakin setiap pasangan calon pasti siap menghadapi situasi yang riuh seperti itu. Keriuhan yang berlangsung di sela debat pasangan calon, kata dia, menunjukkan adanya kemeriahan dalam pelaksanaannya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015