Jember (Antara Jatim) - Puluhan mahasiswi yang tergabung dalam Lajnah Khusus Mahasiswa Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi damai di bundaran DPRD Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa, menjelang peringatan Sumpah Pemuda.

"Dalam aksi ini, kami mengkritik KBE (knowledge based economy) yang dinilai sebagai kepanjangan tangan neokolonialis di Indonesia," kata koordinator aksi Naraini Khoirina di sela orasi di bundaran DPRD Jember.

Menurutnya, KBE mengarahkan pendidikan tinggi dan penelitian hanya untuk kepentingan pasar, bukan untuk peningkatan kualitas pendidikan, sehingga yang paling diuntungkan adalah industri kapitalis global.

"Rakyat miskin tetap miskin dan menjadi buruh di negeri sendiri, padahal Indonesia kaya akan sumber daya alam yang seharusnya bisa dikelola oleh warga pribumi," tuturnya.

Para mahasiswi Muslimah HTI itu juga menolak adanya ideologi feminis yang mengatasnamakan kesetaraan jender, padahal mahasiswi diarahkan untuk menempuh pendidikan tinggi dengan orientasi masuk bursa kerja.

"Dengan adanya kebijakan ala kolonialis-feminis , intelektual muda dihadapkan pada tiga bahaya besar. Disorientasi perannya sebagai ibu generasi, eksploitasi ilmu dan keahliannya untuk kepentingan industri kapitalis, dan terwujudnya intelektual pengokoh penjajahan kapitalis," paparnya.

Ia menyerukan pemerintah untuk menerapkan kebijakan politik-ekonomi Islam dan sistem pendidikan Islam, sehingga peran strategis intelektual diarahkan untuk kemaslahatan rakyat dan peradaban dunia. 

"Kebijakan politik-ekonomi Islam ini hanya ada dalam khilafah. Untuk itu, para intelektual muda, tegakkan khilafah," tegasnya.

Aksi damai menjelang momentum peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2015 tersebut juga dijadikan sebagai sarana sosialisasi Kongres Mahasiswi Muslimah Untuk Peradaban (KMIP) yang  diselenggrakan di 26 kota se-Indonesia, termasuk di Kabupaten Jember.

Sejumlah aktivis mahasiswi Muslimah HTI Jember tersebut juga melakukan monolog dan teatrikal yang menggambarkan mahasiswi terbelunggu oleh neokolonialis-feminis, sehingga harus bangkit dengan menegakkan khilafah.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015