Surabaya (Antara Jatim) - Sekitar 700 siswa sekolah SDN Wonorejo 274 beserta dengan relawan menanam 5.000 bibit pohon bakau di ekowisata bakau di Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya sebagai bentuk dukungan atas dampak perubahan iklim yang semakin nyata dirasakan.

“Tujuan acara ini sebagai bentuk dukungan atas dampak perubahan iklim yang semakin nyata dirasakan, seperti mencairnya lapisan es, meningkatnya permukaan laut atau cuaca ekstrim yang mengakibatkan tertundanya panen, sehingga dengan cara penanaman bibit bakau diharapkan bisa menjadi solusinya," kata Kepala Sekolah SDN Wonorejo 274, Sri Widayati di Surabaya, Sabtu.

Ia mengatakan berbagai hal dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim, salah satunya dengan menanam bakau, karena pohon bakau memiliki banyak manfaat untuk melindungi ekosistem perairan, memberikan perlindungan dari abrasi, angin kencang serta tsunami, dan hasil akhirnya juga dapat memberikan manfaat ekonomi untuk warga sekitar.

"Perubahan iklim dapat diatasi jika masyarakat memahami pentingnya melindungi lingkungan. Kegiatan hari ini merupakan bagian dari kegiatan untuk menginspirasi masyarakat dalam mengatasi perubahan iklim, melalui aksi nyata sehingga masa depan yang cerah untuk generasi mendatang tetap tersedia,” paparnya.

Di sisi lain, Media Relations Manager PT Unilever Indonesia Tbk, Adisty Nilasari mengatakan,
penanaman bibit hutan bakau memiliki banyak fungsi, sehingga perlu bagi masyarakat agar seharusnya hutan bakau dipelihara dengan baik supaya dapat bermanfaat.

"Edukasi diberikan secara sederhana dan menyenangkan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang baik kepada siswa SDN Wonorejo 274, serta para relawan mengenai pentingnya menjaga lingkungan terutama peran bakau dalam menjaga kestabilan iklim," paparnya.

Lebih jauh lagi, lanjutnya agar pohon bakau yang ditanam bisa tumbuh dengan baik, karena selama ini pohon bakau masih sering tidak terawat, bahkan lahan bakau yang semestinya dijaga, justru dialih fungsikan menjadi yang lainnya, seperti bisnis properti atau perumahan.

"Kawasan bakau Wonorejo dipilih karena kawasan ini merupakan satu-satunya hutan bakau yang tersisa di Surabaya. Kawasan seluas kurang lebih 200 hektar ini dikelola oleh lembaga non pemerintah yaitu Ekowisata Mangrove Wonorejo, sehingga keprihatinan warga setempat akan semakin parahnya kerusakan ekosistem bakau yang disebabkan oleh penebangan liar," terangnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, sampah yang melatarbelakangi berkembangnya kawasan ini ada sejak warga Wonorejo mulai mengelola penanaman bakau sendiri, sampai akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah setempat.

"Mengingat manfaat yang begitu besar, perlu peran serta seluruh elemen bangsa untuk bahu membahu memberikan kontribusi dalam rehabilitasi dan pelestarian hutan mangrove., karena jika kawasan mangrove ini tidak ditanami bakau, maka kemungkinan abrasi bisa sampai di pusat Kota Surabaya," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015