Surabaya (Antara Jatim) - Kapal cepat bertenaga solar (sinar surya) buatan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yaitu Jalapatih 2 akan kembali berpartisipasi dalam Dutch Solar Challenge (DSC) 2014 di Belanda yang sebelumnya sudah terlebih dahulu menggunakan kapal Jalapatih 1.

"Ini merupakan seri kedua dari kapal tenaga surya yang disebut-sebut sebagai penguasa air, atau dalam bahasa Jawa dikenal sebagai Jalapatih. Tim kami berencana untuk kembali berlaga pada ajang Dutch Solar Challenge (DSC) 2014 di Belanda dengan kapal bertenaga surya, Jalapatih 2," kata Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MScEs PhD seusai peluncuran Jalapatih 2 di Kolam 8 ITS Surabaya, Jumat.

Ia mengatakan, DSC 2016 sendiri rencananya akan digelar di Amsterdam, Belanda selama 11 hari mulai 29 Juni 2016. Meski telah melakukan berbagai upaya modifikasi, tim yang lahir dari Jurusan Teknik Sistem Perkapalan (JTSP) ini masih harus melakukan berbagai persiapan karena tahap lomba paling awal, yaitu pengiriman desain lambung kapal baru akan dilangsungkan pada Februari 2016.

"Dilanjutkan dengan pengiriman desain elektrikal sebulan setelahnya dan desain konstruksi kapal pada bulan April 2016, sedangkan untuk pihak ITS sendiri kami hanya memfasilitasi mereka untuk menjadi yang terbaik dalam rangka persiapan menuju lomba, efektivitas kinerja tim pun dibagi kedalam empat divisi, yaitu divisi desain, manajemen, body, dan elektrikal," paparnya.

Menurut dia, untuk pembiayaan kapal jalapatih 2 tersebut pihak ITS harus membagi kepada sembilan tim yang berangkat ke luar negeri untuk bertanding, sehingga setiap tim harus mencari dana tersendiri untuk memenuhi kebutuhan tim dengan cara menggandeng pihak sponsorship.

"Kami harus bisa melalui setiap tahapnya sebaik mungkin agar benar-benar bisa berlaga di Amsterdam nanti, jika dulu Indonesia dijajah Belanda, sebagai negara maritim terbesar, sekarang kalian lah yang harus menjajah Belanda dalam kompetisi internasional ini,” terangnya memberi semangat tim Jalapatih 2.

Di sisi lain, ketua tim ITS Marine Solar Boat Team, Ginanjar Basuki mengatakan Jalapatih 2 memiliki panjang 5 meter, lebar 1,6 meter, tinggi 0,5 meter, sedangkan tinggi garis air sekitar 15 centimeter, dengan kecepatannya 7,5 knot, meskipun target kecepatan Jalapatih mencapai 10 knot dengan proses pembuatan dimulai bulan Juni lalu.

"Kelebihan dari Jalapatih 1 dengan Jalapatih 2 yaitu pada Jalapatih 2 memiliki tiga lambung, menggunakan batrei manajemen sistem, dari bahan menggunakan fiber carbon yang lebih ringan sekitar 100 gram per meter persegi dari pada Jalapatih 1 yang menggunakan fiber glas," paparnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan yang akan diperbaiki dari Jalapatih 2 adalah sistem elektronika yang akan dicoba di sungai Brantas atau pantai Kenjeran karena di kompetisi tersebut banyak peserta yang gugur karena dari beberapa peserta sistem elektronika dari batrei veropospat hanya menyimpan daya yang sedikit.

"Jika kita pakai aki, maka pengisian daya aki-nya sangat lama, sedangkan kita memakai batrei verpospat atau Fe Eo4 lebih cepat pengisiannya, artinya untuk proses pengisian, kita 1,5 jam bisa digunakan kecepatan secara penuh, sedangkan untuk total biaya yang dikeluarkan sekitar Rp150 juta," tandas Mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan itu. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015