Madiun (Antara Jatim) - Para petani yang tergabung dalam Gerakan Petani Nusantara (GPN) meminta pemerintah untuk memberikan subsidi kepada konsumen guna menghidupkan kegiatan perekonomian masyarakat.
"Hasil dialog GPN dengan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) tentang kebijakan pertanian adalah, kami meminta subsidi diberikan kepada konsumen dan bukan petani," ujar Koordinator GPN Hermanu Triwidodo, seusai dialog perwakilan petani dengan anggota Watimpres di Pendopo Kantor Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis.
Menurut dia, subsidi paket dalam bentuk pupuk, benih, ataupun pestisida terkadang tidak cocok digunakan di lokasi penerima bantuan.
"Sehingga, kami berpikir, bantuan yang diberikan pemerintah, terkadang kurang sesuai dengan kebutuhan petani," kata dia.
Ia menjelaskan, subsidi konsumen artinya adalah, pemerintah membeli beras atau kedelai petani dengan harga lebih tinggi. Lalu, menjual ke konsumen dengan harga lebih murah.
"Misalnya kemampuan para perajin tempe dan tahu untuk membeli kedelai adalah Rp7.000 per kilogram. Dibeli saja kedelai dari petani seharga Rp11.000 per kilogram dan dijual ke pedagang Rp7.000 per kilogram. Dengan begitu, tidak usah disuruh, tidak usah disubsidi benih dan pupuk, petani akan menanam kedelai dengan sendirinya dan tidak perlu impor," terangnya.
Pihaknya ingin, agar hasil dialog yang dilakukan dengan Watimpres tersebut dapat segera dilaporkan ke Presiden Joko Widodo untuk dibahas. Sebab, ia menilai, para petani selama ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Sebagai contoh, ketika ekonomi makin tidak menentu dan dolar terus meningkat, apakah ada yang memikirkan bagaimana nasib petani? Bagaimana petani mampu meningkatkan produksi dan kesejahteraannya di tengah meningkatnya harga input dan biaya produksi?
Sisi lain, program dan kebijakan yang diambil pemerintah dinilai tidak pernah berangkat dari kebutuhan petani yang seolah hanya dijadikan alat produksi.
"Untuk itu, kedatangan Watimpres ke Kabupaten Madiun merupakan celah bagi para petani untuk menyuarakan kondisi kami. Ini sebagai bagian dari upaya para petani untuk menyelamatkan diri," kata pria yang juga bertugas sebagai Ketua Klinik Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.
Ia menambahkan, acara dialog dengan Watimpres tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan peringatan Hari Tani Nasional 2015 yang digelar di Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun. Selain dialog, diadakan pula peluncuran gerakan teknik tanam sebar (padi) sebagai manifestasi karya dan inovasi petani Kabupaten Madiun.
Kegiatan tersebut diikuti sekitar 100-an petani dari 19 kabupaten se-Jawa dan Lampung dan dihadiri pula oleh Bupati Madiun Muhtarom dan perwakilan dari Forpimda Kabupaten Madiun. Juga diadakan festival layang-layang petani nusantara yang akan menerbangkan sekitar 100 layang-layang merah putih dengan melibatkan persatuan pekarya layang-layang Indonesia (Perkali). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015