Blitar (Antara Jatim) - Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Blitar, Jawa Timur, menggelar unjuk rasa meminta pemerintah waspada serta menolak komunis gaya baru.

Koordinator aksi Imron Rosyadi mengemukakan acaman bahaya laten komunis sampai sekarang masih ada. Selain ideologi, ancaman lain juga dalam berbagai bentuk salah satunya perdagangan.

"NKRI harga mati. Pemerintah harus selektif pada investasi asing, jika merusak harus dihentikan," katanya di Blitar, Rabu.

Ia berharap negara tidak diam dengan berbagai ancaman bahaya laten ini. Negara pun juga tidak harus meminta maaf atas penghianatan yang dilakukan anggota PKI. Mereka juga bersalah atas berbagai kejahatan yang dilakukan.

Unjuk rasa itu dilakukan di depan kantor Pemkab Blitar. Kegiatan itu dilakukan bertepatan dengan Gerakan 30 September, dimana saat tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta.

Dalam aksinya, mereka juga melakukan berbagai macam orasi yang isinya tuntutan  agar pemerintah tidak lengah. Bahkan, Banser pun siap akan turun tangan melawan tumbuh dan berkembangnya bahaya laten ini.

Dalam aksinya, massa juga membawa berbagai macam atribut Banser. Mereka juga membawa selebaran serta poster yang isinya penolakan bahaya laten PKI. Mereka juga membakar berbagai bendera komunis, sebagai simbol jika komunis harus dihapuskan dari negara ini.

Massa akhirnya ditemui Kepala Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpolinmas) Kabupaten Blitar Mujiono. Mereka dialog bersama terkait dengan seruan dari Banser.

"Kami akan terus mempertahankan ideologi Pancasila dan menolak berbagai macam paham baru tumbuh," janji Mujiono.

Satpol, lanjut dia, juga mempunyai beragam program untuk peningkatan pemahaman pada NKRI, dengan mengadakan berbagai macam pelatihan. Kegiatan itu melibatkan masyarakat luas serta pelajar.

Setelah unjuk rasa dan menyampaikan aspirasinya, massa akhirnya membubarkan diri. Mereka pun mendatkan kawalan yang ketat saat membubarkan diri. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015