Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya) menginovasikan panduan menangkal infeksi gagal ginjal akut ketika pasien berada di “Intensive Care Unit” (ICU) dengan terapi cuci darah.

“Panduan ini berguna bagi farmasis di rumah sakit untuk pemberian obat pencegah infeksi ketika pasien membutuhkan terapi cuci darah, karena selama ini masih banyak temuan pasien di ICU yang sedang menjalani terapi cuci darah terkena infeksi," kata mahasiswa Ubaya, Lidya Karina S.Farm.,M.Farm., Apt di Surabaya, Rabu.

Ia mengatakan keadaan pasien yang terkena infeksi dikarenakan daya tahan tubuh pada pasien sangatlah lemah, sehingga kondisi ini menyebabkan pasien rentan terserang kuman dari lingkungan rumah sakit yang umumnya kebal dan tidak bisa dilawan dengan terapi antibiotika.

"Kondisi pasien yang cenderung kritis dan tidak stabil, membutuhkan cuci darah yang lebih perlahan dengan waktu pencucian yang lebih panjang yang disebut cuci darah 24 jam atau 'Continuous Renal Replacement Therapy' (CRRT)," jelasnya.

Menurut dia, untuk melawan kuman-kuman itu biasanya dokter harus meresepkan antibiotika yang lebih kuat yang disebut Vancomycin,namun saat ini Badan pencegahan dan pengendalian penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa sudah ada kuman-kuman yang bisa mengalahkan vancomycin dan menyebabkan kegagalan terapi 'vancomycin'.

"Setelah diteliti lebih lanjut ternyata penyebab kegagalan tersebut adalah jumlah vancomycin yang kurang untuk melawan bakteri dalam tubuh. Hal ini banyak terjadi pada pasien yang menggunakan cuci darah 24 jam atau CRRT," ungkapnya.

Pemberian vancomycin, lanjtnya perlu dilakukan penyesuaian jumlah atau dosis yang diberikan pada pasien untuk melihat apakah jumlah vancomycin dalam darah sudah cukup untuk melawan kuman.

"Saya menentukan dosis vancomycin dan waktu pemantauan vancomycin di dalam darah dilakukan dengan pendekatan farmakokinetika (perjalanan obat dalam tubuh termasuk pembuangan oleh ginjal dan alat cuci darah) populasi," terangnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan,data sejumlah pasien dimasukkan ke dalam software yang mampu melakukan simulasi untuk dapat mempredikisi profil farmakokinetika vancomycin pada populasi, lalu hasil data software berupa profil yang digunakan untuk menentukan dosis yang tepat dan waktu pemantauan kadar vancomycin.  

"Dengan adanya panduan ini diharapkan menjadi salah satu wujud nyata kontribusi farmasi klinis dan apoteker di bidang kesehatan, yaitu dalam membantu optimalisasi terapi antibiotika Vancomycin pada pasien ICU yang mengalami gagal ginjal akut  dan membutuhkan cuci darah 24 jam," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015