Surabaya (Antara) - Dua kader Fatayat Nahdlatul Ulama, yakni Anggia Ermarini dan Margaret Aliyatul Maimunah, bersaing ketat untuk memegang tampul pimpinan PP Fatayat NU 2015-2020.
     
"Insya-Allah, mbak Anggia akan memimpin PP Fatayat NU ke depan," kata pendukung Anggia, Maghfiroh, saat ditemui Antara di arena Kongres XV Fatayat NU di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Senin.
     
Hal itu, katanya, karena mayoritas pimpinan wilayah Fatayat se-Indonesia sudah menyebut namanya saat Laporan Pertanggungjawaban PP Fatayat NU.
     
"Intinya, mbak Anggia sudah siap dan akan melanjutkan program yang dicanangkan Ketua Umum PP Fatayat NU sebelumnya, mbak Ida Fauziyah," katanya.
     
Anggia Ermarini merupakan Sekretaris Umum demisioner PP Fatayat NU yang merupakan kelahiran Malang, Jawa Timur dan aktivis/pegiat PMII, namun dia berpengalaman di PP Fatayat NU selama dua periode.
     
Sementara itu, Margaret Aliyatul Maimunah mengaku siap maju dalam Kongres XV Fatayat NU, karena banyak mendapat dukungan dari para mantan ketua umum PP Fatayat maupun PBNU.
     
"Insya-Allah, saya siap maju, walaupun baru setelah muktamar NU saya mantapkan niat dan menggalang dukungan," ujar alumnus Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2002 itu.
     
Ia juga optimistis dapat memenuhi persyaratan dukungan minimal untuk maju. "Walaupun jumlah cabang bertambah banyak, tapi berapa pun nantinya syarat dukungan yang diputuskan tata tertib (Tatib), Insya Allah bisa terpenuhi," katanya.
     
Perempuan kelahiran Jombang, Jawa Timur itu menilai Fatayat NU selama ini kurang melakukan pengaderan, padahal Fatayat bersama GP Ansor, IPNU, dan IPPNU merupakan garda terdepan NU pada masa depan.
     
"Untuk itu, saya akan menjadikan pengaderan sebagai prioritas utama jika terpilih memimpin Fatayat NU. Saya juga akan memprioritaskan program pemberdayaan yang terfokus dan bukan insidentil atau politis," katanya.
     
Menurut dia, anggota Fatayat itu termasuk kelompok keluarga muda dan produktif. "Kalau NU ke depan ingin kuat maka harus dimulai dari keluarga mudanya juga kuat, agar anak-anak keluarga NU nantinya tidak meninggalkan NU dan beralih ke organisasi yang lain," katanya.
     
Mantan staf ahli Komisi VIII DPR RI menjelaskan program pemberdayaan perempuan yang juga penting terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak, buruh migran juga akan mendapat perhatian serius dengan cara memberikan advokasi.
     
"Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) kami juga ingin ekonomi anggota Fatayat NU lebih berdaya sehingga perlu dibikin program pemberdayaan ekonomi kreatif. Fatayat juga harus bergerak aktif dalam Musyawarah Desa agar agenda desa berpihak terhadap ibu dan anak, sehingga Fatayat bisa mewujudkan Desa Mandiri di Nusantara," katanya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015