Pamekasan (Antara Jatim) - Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) HM Arum Sabil menilai, program penanaman tebu dan rencana pembangunan pabrik gula di Pulau Madura, Jawa Timur akan menggerakkan ekonomi masyarakat petani di wilayah itu.

"Kami juga menilai program pemerintah ini juga sebagai upaya pembangunan peradaban ekonomi di Madura," kata Arum Sabil kepada Antara di Pamekasan, Sabtu.

Harum Sabil mengemukakan hal ini, saat mendampingi Menteri BUMN Rini Soemarno pada panen raya tebu di Desa Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan.

Memang, kata dia, selama ini masih ada kendala dalam pengembangan tanaman tebu di Pulau Garam itu. Antara lain ketersediaan air (irigasi), dan sarana transportasi.

Petani tebu di Pulau Madura selama ini, masih membutuhkan biaya banyak untuk menjual hasil panen mereka, karena harus dikirim ke Jawa. Sehingga, membutuhkan biaya tidak sedikit.

Ketersediaan air juga menjadi masalah, karena tebu lahan yang ditanami tebu di Pamekasan merupakan gersang dan tidak ada irigasi, sehingga menjadi hambatan tersendiri bagi petani.

"Tapi, jika dua persoalan ini teratasi, maka, akan sangat menguntungkan bagi masyarakat Madura, karena kan lahan yang ditanami tebu oleh masyarakat Madura ini adalah lahan tidur, yakni lahan yang tidak produktif," kata Ketua Umum APTRI asal Madura ini.

Namun demikian, Arun Sabil yakin, persoanal pengembangan tenaman tebu di Pulau Madura bisa teratasi, mengingat pemerintah melalui Kementerian BUMN berkomitmen akan mendukung pengembangan tanaman tebu di Pulau Garam itu.

Pemerintah akan membantu membangun sumur bor untuk mengatasi persoalan irigasi, serta akan membangu publik gula modern di Madura.

"Kalau pabriknya ada di Madura, persoalan transportasi yang ongkosnya mahal selama ini, kan bisa teratasi. Tadi kan bu Menteri juga telah membantu membangun sumur bor untuk irigasi tebu di Pamekasan," katanya.

Ketersediaan lahan yang potensial untuk ditanami tebu di Pulau Madura ini seluas 124.975 hektare. Perinciannya di Kabupaten Bangkalan seluas 43.596 hektare, Sampang (42.636 hektare), Pamekasan (22.091 hektare) dan di Kabupaten Sumenep seluas 16.651 hektare.

Dari lahan seluas 124.975 hektare itu, realisasi tanam tebu di Pulau Garam itu pada 2015 ini mencapai 1.008 hektare dari rencana seluas 1.355 hektare.

Ketua Umum APTRI HM Arum Sabil menyatakan, jika lahan yang ada di Madura ini nantinya bisa dimaksimalkan untuk tanaman tebu, maka tidak akan ada lahan masyarakat yang tidak bernilai ekonomis. Sebab lahan yang dinilai cocok untuk ditanami tebu dengan luasan 124.975 hektare itu, semuanya lahan tidur, yakni lahan yang tidak produktif dan selama ini tidak ditanami apapun oleh masyarakat.

"Inilah yang saya maksud akan terjadi perabadan pembangunan ekonomi di Madura," katanya.

Hanya saja, sambung dia, pemerintah dan asosiasi petani tebu, memang perlu menggelar sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, mengingat masih banyak masyarakat Madura yang belum mengerti dan mengetahui program baik pemerintah ini.

Disamping itu, sambung dia, jenis tanaman yang dianggap paling satu-satunya yang bernilai ekonomis, hanya tembakau. Padahal, tanaman tebu, juga tidak kalah dari tanaman tembakau, bahkan jika pembangunan pabrik gula nantinya selesai dan dioperasionalkan, maka masyarakat Madura juga akan banyak yang terserap menjadi tenaga kerja.

"Apalagi konsep pembangunan pabrik gula di Madura ini adalah terintegratif, yakni akan ada pabrik lainnya, seperti etanol, dan pupuk organik, seperti yang dipaparkan bu Menteri tadi," pungkasnya. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015