Surabaya (Antara Jatim) - Calon haji asal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Munaji bin Riyono (65), telah berangkat ke Tanah Suci dalam kondisi difabel (keterbatasan fisik) akibat kecelakaan lalu lintas.

"Meski kondisi difabel pun tetap diberangkatkan, tergantung calhaj-nya, apakah dia kuat atau tidak," ujar Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes HM Shubuh di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Sabtu (29/8) malam.

Di sela pemantauan calon haji, ia menegaskan bahwa calhaj dengan kondisi difabel itu tidak menjadi masalah bila calhaj yang bersangkutan merasa mampu dan sehat.

"Haji memang ibadah yang bersifat fisik, karena itu kalau calhaj yang berangkat merasa mampu dan sehat, maka hal itu tidak menjadi masalah dan tetap diberangkatkan," katanya.

Dalam kesempatan itu, Calhaj Sidoarjo Munaji telah berangkat ke Tanah Suci dengan Kloter 17 pada Sabtu (29/8) malam, meski ia harus dibantu alat bantu jalan (kruk).

"Hanya Allah yang tahu kondisi saya," ujar Munaji yang merupakan ayah dari seorang anak dan kakek dari dua cucu itu, didampingi istrinya, Asning Amah (53), yang sama-sama berangkat haji.

Warga Candi, Sidoarjo itu mengalami kecelakaan saat berkendara motor bersama temannya, bahkan temannya meninggal, namun dirinya harus rela kehilangan satu kaki kanannya.

Kecelakaan yang terjadi di Lemah Abang, Pandaan, Pasuruan pada tahun 1985 itu tak membuatnya patah arang dan tetap bersemangat melakukan kegiatan sehari-hari sebagai penjual sayur di Pasar Keputran, Surabaya.
    
Calhaj Tertua

Selain calhaj difabel, Calhaj Banyuwangi KH Sanusi (92) merupakan calhaj tertua di Embarkasi Surabaya yang telah berangkat dengan Kloter 8 pada 26 Agustus 2015.

"Saya pergi haji untuk menemani istri, Dalila (66), karena saya sudah pernah sekali beribadah haji," kata pria kelahiran Desa Silir Agung, Banyuwangi pada 23 November 1923 yang pertama kali ke Tanah Suci pada tahun 1988 itu.

Awalnya, ia juga mendaftarkan istrinya untuk pergi haji, namun pada tahun 1988 itu hanya namanya saja yang dipanggil oleh petugas, lalu ia mendaftar lagi haji pada tahun 2009 dengan istrinya.

Namun, lagi-lagi, yang dipanggil tahun 2010 hanya dia saja, sedangkan istrinya belum juga dipanggil. Ia menunda keberangkatan sampai nama istrinya dipanggil.

Akhirnya, pada tahun ini, mereka berdua bisa pergi bersama melaksanakan ibadah haji. "Senang bisa bersama ke Tanah Suci," katanya, tersenyum.

Sanusi memiliki tujuh orang anak, 14 orang cucu dan empat cicit. "Alhamdulillah, saya diparingi (diberi) kesehatan. Nggak ada rahasianya, cuma bawa nasi putih sama telur godhog (rebus) ke Mekkah," ujarnya, tertawa. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015