"Helikopter, helikopter....," ucap Muhammad Amar Al Fatir, seorang bocah berusia lima tahun kepada sang ayahanda berulang kali.

"Dia (Amar) minta oleh-oleh mainan helikopter ketika tahu saya akan tugas ke Lebanon," ujar Kapten Wahyu Budi Ardi.

Permintaan itu diajukan Amar kepada sang ayahanda yang akan bertugas sebagai pasukan perdamaian PBB yang tergabung dalam Kontingen Garuda selama setahun (Agustus 2015-2016).

Kendati Amar tidak tahu di mana Lebanon itu dan berapa lama sang ayahanda akan meninggalkannya, namun ia hanya tahu soal mainan.

Soal mainan helikopter dari Lebanon itu agaknya terobsesi pada pekerjaan sang ayahanda sebagai pilot dari helikopter pada KRI Bung Tomo-357.

Kapten Wahyu Budi Ardi merupakan salah satu dari 107 prajurit yang tergabung dalam Maritime Task Force (MTF) TNI Kontingen Garuda XXVIII-H/UNIFIL (United Nations Interim Forces in Lebanon) 2015.

Ke-107 prajurit itu dilepas Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laksda TNI Darwanto untuk berangkat ke Lebanon dengan KRI Bung Tomo-357 di Dermaga Madura Ujung Koarmatim, Surabaya, 19 Agustus 2015.

Namun, Amar seolah tidak peduli dengan acara pelepasan itu. Bersama sang adik, Raihana Zafirah (3), seolah tak mau lepas dari sang ayahanda hingga KRI Bung Tomo pun meluncur ke lautan lepas...

Tidak hanya Amar dan sang adik, Alika Putri Medya Aru yang kelas lima SD Jeruk, Lakarsantri, Surabaya pun terlihat berkaca-kaca matanya.

"Saya kangen ayah, saya minta ayah sering telepon," ujar anak kedua dari tiga bersaudara saat memandangi sang ayahanda, Wulyo, yang memasuki kapal perang terbaru itu dari kejauhan.

"Saya akan selalu berdoa. Saya percaya suami sudah tahu tugasnya, toh dia sudah dua kali menjadi pasukan perdamaian PBB," ucap ibu dari dua putri itu tampak tegar melepas kepergian sang suami.

Selain mereka, ada pula Lettu Pelaut Ferry yang harus meninggalkan sang istri yang baru dinikahi seminggu lalu. Namun, ia dan sang istri enggan berbicara, karena keduanya tampak belum ingin berpisah.

Saat melepas keberangkatan 107 prajuritnya, Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laksda TNI Darwanto meminta prajuritnya yang bertugas di wilayah konflik untuk mewaspadai tiga sasaran yakni bawah air, permukaan air, dan udara dari serangan sewaktu-waktu.

"Tapi, kita sudah siapkan semuanya, bahkan sensor kapal, alat komunikasi, helikopter, semuanya sudah melalui pemeriksaan Tim PBB," katanya.
         
Dalam pesannya, orang nomor satu di jajaran Koarmatim itu juga meminta setiap prajuritnya yang bertugas di luar negeri untuk tidak hanya melakukan tugas operasional, namun juga mengemban tugas diplomasi.
         
"Karena itu, jangan berbuat tercela dan jalin pergaulan yang baik di negara orang, sesuai budaya kita yang dikenal orang asing sebagai bangsa yang ramah. Kita bisa sangat garang dalam pertempuran, tapi dalam pergaulan sangat ramah," tegasnya.
         
Ya, KRI Bung Tomo sendiri merupakan salah satu dari tiga jenis kapal MRLF (multi role light fregate) milik TNI AL.
         
Pemberian nama Bung Tomo untuk mengenang peran Arek Suroboyo itu dalam membangkitkan semangat dalam Pertempuran 10 November 1945. Tentu, semangat itulah yang mereka bawa ke Lebanon.
         
Para prajurit Kontingen Garuda yang menjadi pasukan perdamaian PBB pun diharapkan memiliki semangat seperti yang ditauladankan Bung Tomo pada zamannya, meski saat berangkat hingga selama bertugas di Lebanon, akan selalu terngiang celoteh hingga rengekan buah hati yang meminta mainan helikopter dan lainnya.  (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015