Tulungagung (Antara Jatim) - Para pedagang sapi di Pasar Hewan Beji, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur menikmati keuntungan dari kenaikan harga daging sapi hidup, dampak kelangkaan daging nasional pascapembatasan impor daging sapi oleh pemerintah.
    
"Hari ini, harga daging sapi hidup sudah tembus Rp43 ribu per kilogram. Naik lagi dibanding pekan kemarin yang masih di kisaran Rp42 ribu," tutur staf Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Tulungagung yang bertugas di Pasar Hewan Beji, Suprapto, Selasa.
    
Kendati tipis, kenaikan harga daging sapi hidup itu berdampak besar terhadap harga jual sapi secara keseluruhan.
    
Sebab, kata dia, rata-rata sapi yang dijual di pasaran berbobot sekitar lima kuintal atau bahkan lebih.
    
Jika per kilogram hari ini dipatok harga kisaran Rp43 ribu per kilogram, berarti sapi yang dijual di pasaran setempat dengan ukuran lima kuintal bisa mencapai Rp20 juta lebih.
    
"Memang tidak semua sapi ditimbang di jasa penimbangan yang kami sediakan. Namun, kenaikan ini memberi gambaran harga jual sapi secara umum pada pekan ini," ujarnya.
    
Senada dengan Suprapto, salah seorang pedagang sapi asal Ngunut, Tulungagung Mulyono mengaku senang dengan kenaikan harga ternak tersebut, sebab margin (selisih) keuntungan yang dia dapat dibanding saat beli (kulakan/belanja) semakin besar.   
    
Jika satu ekor sapi jenis brahman ukuran lima kuintal yang dulu dia beli seharga Rp15 jutaan, kini harganya sudah di atas Rp20 juta.
    
Demikian juga dengan sapi lokal jenis ongole yang ikut mengalami kenaikan seiring fluktuasi harga daging segar di pasaran.
    
"Kemungkinan, harga terus naik seiring datangnya Hari Raya Kurban, sekitar September-Oktober mendatang," kata Mulyono.
    
Sejumlah pedagang lain mengungkapkan, rata-rata harga sapi dengan ukuran dan jenis yang sama mengalami kenaikan di kisaran Rp2 juta hingga Rp5 juta per ekor dengan cara taksiran bobot melalui pandangan visual.
    
"Yang menderita dari kenaikan harga sapi ini tentu saja adalah konsumen daging, termasuk pedagang bakso karena semakin mahal dan tak terbeli sehingga biaya produksi mereka membengkak," ujar Sunardi, seorang pedagang bakso keliling di Kelurahan Jepun. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015