Malang (Antara Jatim) - Sedikitnya 700 orang warga Kota Malang hingga saat ini masih buta aksara dan tahun ini ditargetkan sebanyak 360 orang sudah mampu membaca dan menulis (bebas buta aksara).
Kasi Kursus Kelembagaan dan pendidikan Masyarakat, Bidang pendidikan Nonformal dan Informal, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang, Jawa Timur Hariadi, Kamis, mengatakan dari lima kecamatan di Kota Malang, Kecamatan Kedungkandang yang menjadi kantong warga buta aksara tersebut, yakni berada di Kelurahan Lesanpuro, Wonokoyo dan Bumiayu.
"Selain itu juga berada di Kecamatan Sukun serta tiga kecamatan lainnya, namun jumlahnya tidak sebanyak di Kecamatan Kedungkandang. Pada tahun ini kami menargetkan sebanyak 360 orang yang terentaskan dari buta aksara melalui program pelatihan keaksaraan fungsional atau keaksaraan dasar," katanya.
Sedangkan 340 orang lainnya, kata Hariadi, ditargetkan tuntas akhir 2016 atau awal 2017. Program pengentasan warga dari buta aksara tersebut menyasar usia 15-49 tahun atau usia produktif, sementara usia lebih dari 50 tahun tidak menjadi prioritas karena kemungkinan mereka akan kesulitan menerima pelatihan atau pembelajaran tersebut.
Jika penyelenggaraan sekolah reguler dilakukan pada pagi hari, katanya, pelatihan baca tulis bagi warga buta aksara itu dilakukan pada sore hari atas kesepakatan bersama. Untuk menentukan jadwal "sekolah", mentor juga berdiskusi terlebih dahulu untuk menyesuaikan waktunya dengan peserta pelatihan.
Bahkan, lanjutnya, ada warga buta aksara yang tidak mau ikit pelatihan secara berkelompok atau bersama-sama dengan peserta lainnya, sehingga mentor harus "door to door". "Kalau tidak begitu kapan warga kita bisa melek aksara dan Kota Malang bisa terbebas dari buta aksara," ujarnya.
Menyinggung anggaran operasional pelatihan keaksaraan fungsional tersebut, Hariadi mengatakan dari APBD 2015 sebesar Rp129,6 juta yang dibagi menjadi 36 kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan sebesar Rp3,6 juta. Anggaran tersebut untuk membayar honor pengajar serta pembelian peralatan tulis (ATK).
Pelatihan keaksaraan fungsional tersebut setiap tahunnya berdurasi selama enam bulan. Dan peserta pelatihan yang telah menuntaskannya akan mendapatkan surat keterangan melek aksaraa atau "Sukma".
Ia mengemukakan setelah peserta pelatihan keaksaraan fungsional tesrebut "lulus" dan dinyatakan melek aksara, rencananya mereka akan diberikan pelatihan atau kegiatan lanjutan, yakni keterampilan hidup dalam program Keterampilan dan Usaha Mandiri (KUM).
"Untuk anggaran KUM ini kami sudah mengajukannya dalam APBD, namun sampai sekarang belum disetujui. Memang nominalnya lebih besar dari keaksaraan fungsional, yakni sebesar Rp4,6 juta per kelompok, sedangkan keaksaraan fungsional hanya sebesar Rp3,6 juta per kelompok," tambahnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
Kasi Kursus Kelembagaan dan pendidikan Masyarakat, Bidang pendidikan Nonformal dan Informal, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang, Jawa Timur Hariadi, Kamis, mengatakan dari lima kecamatan di Kota Malang, Kecamatan Kedungkandang yang menjadi kantong warga buta aksara tersebut, yakni berada di Kelurahan Lesanpuro, Wonokoyo dan Bumiayu.
"Selain itu juga berada di Kecamatan Sukun serta tiga kecamatan lainnya, namun jumlahnya tidak sebanyak di Kecamatan Kedungkandang. Pada tahun ini kami menargetkan sebanyak 360 orang yang terentaskan dari buta aksara melalui program pelatihan keaksaraan fungsional atau keaksaraan dasar," katanya.
Sedangkan 340 orang lainnya, kata Hariadi, ditargetkan tuntas akhir 2016 atau awal 2017. Program pengentasan warga dari buta aksara tersebut menyasar usia 15-49 tahun atau usia produktif, sementara usia lebih dari 50 tahun tidak menjadi prioritas karena kemungkinan mereka akan kesulitan menerima pelatihan atau pembelajaran tersebut.
Jika penyelenggaraan sekolah reguler dilakukan pada pagi hari, katanya, pelatihan baca tulis bagi warga buta aksara itu dilakukan pada sore hari atas kesepakatan bersama. Untuk menentukan jadwal "sekolah", mentor juga berdiskusi terlebih dahulu untuk menyesuaikan waktunya dengan peserta pelatihan.
Bahkan, lanjutnya, ada warga buta aksara yang tidak mau ikit pelatihan secara berkelompok atau bersama-sama dengan peserta lainnya, sehingga mentor harus "door to door". "Kalau tidak begitu kapan warga kita bisa melek aksara dan Kota Malang bisa terbebas dari buta aksara," ujarnya.
Menyinggung anggaran operasional pelatihan keaksaraan fungsional tersebut, Hariadi mengatakan dari APBD 2015 sebesar Rp129,6 juta yang dibagi menjadi 36 kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan sebesar Rp3,6 juta. Anggaran tersebut untuk membayar honor pengajar serta pembelian peralatan tulis (ATK).
Pelatihan keaksaraan fungsional tersebut setiap tahunnya berdurasi selama enam bulan. Dan peserta pelatihan yang telah menuntaskannya akan mendapatkan surat keterangan melek aksaraa atau "Sukma".
Ia mengemukakan setelah peserta pelatihan keaksaraan fungsional tesrebut "lulus" dan dinyatakan melek aksara, rencananya mereka akan diberikan pelatihan atau kegiatan lanjutan, yakni keterampilan hidup dalam program Keterampilan dan Usaha Mandiri (KUM).
"Untuk anggaran KUM ini kami sudah mengajukannya dalam APBD, namun sampai sekarang belum disetujui. Memang nominalnya lebih besar dari keaksaraan fungsional, yakni sebesar Rp4,6 juta per kelompok, sedangkan keaksaraan fungsional hanya sebesar Rp3,6 juta per kelompok," tambahnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015