Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kini memiliki kantor bank sampah dan inovasi persampahan yang pengelolaannya dilakukannya secara terintegrasi mulai dari pengumpulan hingga pembuatan benda bernilai ekonomis dari barang bekas.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat meresmikan kantor bank sampah di Banyuwangi, Selasa menjelaskan bahwa aktivitas pengumpulan dan pengelolaan sampah itu sebetulnya sudah lama ada, namun belum memiliki kantor yang terintegrasi atau berdiri sendiri-sendiri.

"Di tempat ini berbagai aktivitas terkait manajemen persampahan dilakukan secara terintegrasi, mulai dari pendataan, penukaran sampah, rintisan teknologi pengelolaan sampah, pembibitan tanaman, pembuatan pupuk kompos, hingga produksi produk ekonomi berbahan baku barang bekas," katanya.

Menurut dia, sampah bukan masalah, namun justru bisa membawa berkah jika dikelola dengan baik. Keberadaan bank sampah dan kegiatannya merupakan hal yang mulia dan luar biasa karena bisa mengubah tak berguna menjadi memiliki nilai ekonomi tinggi.

Azwar Anas mengatakan dengan adanya kantor baru bank sampah dan inovasi persampahan di Kelurahan Penganjuran itu, masyarakat bisa semakin peduli pada sampah, membiasakan mengumpulkan sampah dan memilah sampah kering dan basah.

"Selain untuk mengurangi volume sampah, kegiatan ini juga bisa membuat lingkungan sekitar menjadi lebih bersih dan sehat. Sekaligus gerakan ini menjadi konsolidasi budaya hidup bersih dan sehat," ujarnya.

Nadia Maghriza, siswa kelas IX SMPN 5 Banyuwangi, yang selama ini rajin ikut mengelola sampah di rumahnya mengaku sangat senang karena buku tabungan bank sampah miliknya telah mencapai Rp500 ribu. Dia rutin mengumpulkan sampah yang ada di rumah maupun di sekolah untuk dipilah dan ditukar menjadi uang di Bank Sampah Banyuwangi (BSB).

"Uang dari Bank Sampah ini biasanya saya gunakan untuk membeli buku pengetahuan," kata Nadia.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Arief Setiawan menambahkan, Bank Sampah Banyuwangi sebenarnya sudah berdiri sejak April 2012. Namun, kantornya masih menempati bekas rumah dinas Sekretaris Daerah. Dengan adanya kantor baru yang terintegrasi, aktivitas manajemen persampahan bisa lebih efektif.

"Bank sampah memiliki tujuan awal untuk mewujudkan Banyuwangi yang bersih dan hijau, dengan mengusahakan sampah dapat dijadikan sesuatu yang memiliki nilai ekonomis melalui inovasi pengolahan sampah terpadu lewat 3R, yakni 'reuse, recycle, reduce'. Di tempat ini kegiatan yang dilakukan mengolah sampah menjadi barang yang bermafaat, seperti tas dari bungkus deterjen, tempat tisu, dan sampah organik dijadikan pupuk kompos," kata Arief.  

Fasiltas yang ada di bank sampah sendiri antara lain, kantor pelayanan nasabah, tempat menukar sampah dengan uang, tempat memilah sampah baik organik maupun nonorganik. Selain itu, ada mesin pencacah, fasilitas kesehatan, pabrik pupuk organik/kompos, pabrik pupuk nonorganik, tempat pengolahan kerajinan sampah daur ulang atau 3R, dan tempat pembibitan.  

Dalam sehari bank sampah ini mampu menerima hingga 2 ton sampah nonorganik. Sedangkan untuk sampah organik hingga 4 meter kubik yang bisa bisa diolah menjadi kompos.

Dari awal berdiri hingga saat ini bank sampah telah berkembang. Modalnya terus bertambah hingga Rp300 juta dari modal awal Rp3 juta. Petugas berhasil mencatat tabungan nasabah dari hasil penukaran antara Rp500 sampai Rp1 juta. Nasbah bank sampah hingga saat ini telah mencapai 523 orang dari masyarakat dan dasa wisma, dan 77 nasabah dari lembaga sekolah tingkat PAUD hingga SMA.

Menurut Arief, keuntungannya, nasabah bank sampah juga bisa berobat gratis ke dokter yang menjadi mitra kerja pemerintah, yaitu dokter Bintari Wuryaningsih.

"Hanya dengan menujukkan buku tabungan bank sampah, nasabah bisa langsung periksa gratis ke dokter Bintari yang membuka praktik di Jalan Agus Salim," katanya. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015