Jakarta (Antara) - Ketua Umum Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Soekarwo menilai Pancasila telah jatuh nilainya hanya sebagai slogan dan tidak diperlukan sebagai "way of life" generasi muda di Indonesia.

"Pancasila di lorong sepi tidak diperlakukan sebagai 'way of life' tapi jatuh nilainya sebagai slogan," kata Soekarwo dalam sambutannya di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Kongres III PA GMNI di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat.

Oleh karena itu, pihaknya ingin agar Pancasila diaktualisasikan sebagai perilaku keseharian dan dioperasikan dalam kebijakan.

Jika tidak demikian, kata dia, generasi bangsa ini akan mengalami proses deideologi Pancasila, di mana generasi muda akan mengalami amnesia bagi sejarah bangsanya sendiri.

"PA GMNI terpanggil untuk meningkatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara mengingat bangsa Indonesia yang sangat heterogen.  Indonesia memerlukan perekat," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta alumni GMNI yang dianggap sebagai kaum Soekarnois harus menjaga implementasi Pancasila antara lain dengan mempertahankan NKRI, prinsip Bhineka Tunggal Ika, sehingga meminimalkan kesenjangan antarsejarah.

"Kita perlu membumikan ajaran Bung Karno, khususnya Pancasila sebagai satu-satunya jalan menuju masyarakat yang Pancasilais, merumuskan strategi kaum Soekarnois agar dapat membumikan ajaran Bung Karno dalam praktis kemasyarakatan serta memberikan sumbangsih kepada bangsa dalam menemukan jati dirinya," katanya.

Saking semangatnya menyampaikan pidato, pria yang akrab disapa Pak De Karwo itu terbatuk-batuk dan terpaksa menghentikan pidatonya untuk minum.

Namun ia tidak kehilangan akal untuk menghidupkan suasana dengan hobinya yang suka bercanda dan melontarkan bahwa saking semangatnya berpidato hingga menyebabkan batuk dan harus berhenti untuk minum. (*)

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015