Bojonegoro (Antara Jatim) - Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, optimistis mampu membangun 55 embung dengan alokasi anggaran Rp4 miliar dari APBD 2015 yang ditargetkan tahun ini, bahkan bisa melampaui, karena pola pembangunannya dengan cara swakelola.
    
"Kami optimistis mampu menyelesaikan pembangunan 55 embung, bahkan jumlah embung terbangun bisa melampaui target," kata Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro Edi Sutanto, di Bojonegoro, Kamis.
    
Sampai saat ini,  dari target 55 embung, yang sudah terbangun 23 embung, salah satunya di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kedungadem, langsung mengeluarkan air. Embung yang dibangun di atas tanah kas desa (TKD) tersebut rata-rata, berukuran 75X75 meter, dengan data tampung berkisar 8.000-10.000 meter kubik.
    
"Pembangunan 32 embung lainnya, saya yakin bisa diselesaikan dengan cepat, sebab kemarau sehingga peralatan berat tidak terhambat masuk lokasi," katanya, menegaskan.
    
Dengan demikian, lanjutnya, kalau masih ada waktu yang tersisa, pembangunan tetap terus berlanjut, dengan caranya dengan swakelola.
    
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pengairan Retno Wulandari, menjelaskan pelaksanaan pembangunan embung dilakukan dengan memanfaatkan peralatan berat yang dimiliki sendiri yaitu delapan "backhoe", dua buldoser dan alat berat lainnya.
    
"Alokasi anggaran, antara lain, untuk biaya pembelian bahan bakar minyak dan memberi honor pekerja," katanya.
    
Ia menyebutkan sebanyak embung yang sudah terbangun, di antaranya, Desa Tejo, Kecamatan Kanor, Desa Kanten, Kecamatan Trucuk, tiga embung, Desa Ngaglik, Kecamatan Kasiman dan Desa Trenggulunan, Kecamatan Ngasem.
    
Sesuai data di Dinas Pengairan, sudah terbangun 341 embung, masih jauh dari target rencana pembangunan 1.000 embung yang dicanangkan pemkab.
    
Menurut Retno, pembangunan embung yang berjalan selama ini memanfaatkan tanah kas desa (TKD) dan tanah "solo vallei werken" (SVW). Pembangunan embung yang dilakukan tersebut merupakan usaha untuk menyediakan air di daerah yang biasa mengalami kekeringan di musim kemarau.
    
"Air di embung bisa dimanfaatkan warga untuk berbagai keperluan sehari-hari, untuk mandi, juga keperluan lainnya," tandasnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015