Bojonegoro (Antara Jatim) - Komisi VII DPR RI akan memantau perkembangan penanganan proyek minyak Blok Cepu Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang sempat terganggu kerusuhan tenaga kerja, karena termasuk proyek nasional yang ditunggu produksinya.
"Kedatangan kami ke sini ingin mengetahui sejauh mana penanganan proyek Blok Cepu, setelah terjadi kerusuhan di proyek Blok Cepu," kata Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika, di Bojonegoro, Rabu.
Menurut dia, DPR RI tidak ingin proyek minyak Blok Cepu terganggu, karena merupakan proyek nasional yang ditunggu produksinya.
"Kami selalu mengikuti perkembangan proyek Blok Cepu, bahkan juga pernah ke lokasi proyek dua bulan lalu," jelas dia.
Ia mengharapkan penanganan proyek minyak Blok Cepu, harus mengedepankan kepentingan lokal. Ia memberikan gambaran kalau memang ada pengurangan tenaga kerja, harus ada sosialisasi yang jelas.
Begitu pula, lanjutnya, kalau ada penambahan tenaga kerja juga harus mengutamakan tenaga kerja lokal.
"Bukan tenaga kerja lokal di PHK, kemudian masuk tenaga kerja luar daerah," ujarnya.
Ia juga menjelaskan PT Tripatra-Samsung juga harus mengkaji soal pintu ke luar bagi sekitar 6.000 tenaga kerja yang hanya satu pintu.
"Harus ada simulasi bahwa hanya dengan satu pintu bisa mencukupi bagi tenaga kerja untuk melaksanakan istirahat, sholat dan makan siang," ucapnya.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia, Erwin Maryoto, dalam pertemuan dengan anggota Komisi VII DPR RI menjelaskan tidak ada fasilitas produksi yang rusak dalam aksi kerusuhan di engineering, procurement, and construction/EPC I proyek Banyu Urip Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, Sabtu, 1 Agustus 2015.
"Kerusakan hanya di gedung perkantoran PT Tripatra-Samsung dan sejumlah mobil," jelasnya.
Menurut dia, lapangan A dan B minyak Blok Cepu yang produksinya berkisar 50 ribu-55 ribu barel/hari, seketika dihentikan, karena berada di dekat lokasi kerusuhan, tapi di lapangan A yang produksinya sekitar 30 ribu barel tetap berproduksi.
"Karena ada aksi bakar-bakaran, maka lapangan A dan B kami matikan, tapi setelah kondisi reda langsung berproduksi lagi," paparnya.
Ditanya kapan kondisi proyek EPC I normal kembali, Erwin, menyatakan masih dikoordinasikan PT Tripatra-Samsung, dengan kepolisian, menyangkut keamanan tenaga kerja masuk kembali.
"Kalau memang kondisi aman tenaga kerja akan masuk bekerja kembali," tandasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Kedatangan kami ke sini ingin mengetahui sejauh mana penanganan proyek Blok Cepu, setelah terjadi kerusuhan di proyek Blok Cepu," kata Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika, di Bojonegoro, Rabu.
Menurut dia, DPR RI tidak ingin proyek minyak Blok Cepu terganggu, karena merupakan proyek nasional yang ditunggu produksinya.
"Kami selalu mengikuti perkembangan proyek Blok Cepu, bahkan juga pernah ke lokasi proyek dua bulan lalu," jelas dia.
Ia mengharapkan penanganan proyek minyak Blok Cepu, harus mengedepankan kepentingan lokal. Ia memberikan gambaran kalau memang ada pengurangan tenaga kerja, harus ada sosialisasi yang jelas.
Begitu pula, lanjutnya, kalau ada penambahan tenaga kerja juga harus mengutamakan tenaga kerja lokal.
"Bukan tenaga kerja lokal di PHK, kemudian masuk tenaga kerja luar daerah," ujarnya.
Ia juga menjelaskan PT Tripatra-Samsung juga harus mengkaji soal pintu ke luar bagi sekitar 6.000 tenaga kerja yang hanya satu pintu.
"Harus ada simulasi bahwa hanya dengan satu pintu bisa mencukupi bagi tenaga kerja untuk melaksanakan istirahat, sholat dan makan siang," ucapnya.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia, Erwin Maryoto, dalam pertemuan dengan anggota Komisi VII DPR RI menjelaskan tidak ada fasilitas produksi yang rusak dalam aksi kerusuhan di engineering, procurement, and construction/EPC I proyek Banyu Urip Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, Sabtu, 1 Agustus 2015.
"Kerusakan hanya di gedung perkantoran PT Tripatra-Samsung dan sejumlah mobil," jelasnya.
Menurut dia, lapangan A dan B minyak Blok Cepu yang produksinya berkisar 50 ribu-55 ribu barel/hari, seketika dihentikan, karena berada di dekat lokasi kerusuhan, tapi di lapangan A yang produksinya sekitar 30 ribu barel tetap berproduksi.
"Karena ada aksi bakar-bakaran, maka lapangan A dan B kami matikan, tapi setelah kondisi reda langsung berproduksi lagi," paparnya.
Ditanya kapan kondisi proyek EPC I normal kembali, Erwin, menyatakan masih dikoordinasikan PT Tripatra-Samsung, dengan kepolisian, menyangkut keamanan tenaga kerja masuk kembali.
"Kalau memang kondisi aman tenaga kerja akan masuk bekerja kembali," tandasnya. (*)
Editor : Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015