Surabaya (Antara Jatim) - Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) dari Yonif 521/Dadaha Yodha meminta pelajar Nunukan untuk tidak condong ke negara tetangga Malaysia, terutama dalam budaya dan ekonomi.

Wadan Satgas Pamtas 521/DY Kapten Inf Alisun mengemukakan hal itu kepada 344  siswa SMAN 1 Nunukan dalam Pembekalan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara di SMAN 1 Nunukan, demikian Dansatgas Pamtas Yonif 521/DY Letnan Kolonel Inf Slamet Winarto dalam surat elektronik kepada Antara di Surabaya, Jumat.

"Saat ini tidak sedikit dari saudara-saudara kita yang mulai condong kepada negara tetangga, baik segi ekonomi maupun budaya," kata Kapten Alisun kepada siswa peserta masa orientasi siswa (MOS) di SMAN 1 Nunukan itu (23/7).

Di hadapan para siswa, guru, dan kepala sekolah setempat, Kapten Alisun menjelaskan tujuan pembekalan
adalah agar para siswa memahami arti Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara sehingga dapat meningkatkan Rasa Nasionalisme (Cinta Tanah Air) dan Jiwa Patriotisme para siswa.

"Rasa Nasionalisme dan Cinta Tanah Air serta Jiwa Patriotisme itu sangat diperlukan bagi seluruh Warga
Negara Indonesia, terutama warga Nunukan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia," ujarnya.

Menurut dia,  saat ini banyak barang-barang komoditas kebutuhan pokok yang didatangkan
dari negara sebelah dan juga banyak WNI yang bekerja di negeri tetangga, sehingga tidak sedikit dari WNI yang mulai condong kepada  negara tetangga, baik dari segi ekonomi maupun budaya.

"Bila  Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara tidak ditanamkan sejak dini kepada generasi muda, maka hal itu akan sangat membahayakan generasi muda Indonesia," kata Kapten Alisun dalam acara yang dihadiri Pasiter Satgas
Pamtas 521/DY, Lettu Inf Ferry Tuispuni.

Selain Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, para peserta MOS juga dilatih Peraturan Baris-Berbaris oleh anggota Satgas Pamtas Yonif 521/DY untuk menumbuhkan dan meningkatkan kedisiplinan.

Dalam waktu yang sama, Dansatgas Pamtas Yonif 521/DY Letnan Kolonel Inf Slamet Winarto menghadiri "Coffe
Morning" di Kantor Bupati Nunukan yang dihadiri unsur FKPD, Pemda Nunukan, DPRD Nunukan, Instansi Vertikal, dan Tokoh Masyarakat/Agama.

Acara itu membahas dugaan permainan intelijen asing di Tolikara, Papua, namun hal terpenting bukan sekadar analisis berbasis geopolitik yang canggih, melainkan juga perlu membuat antisipasi (kontra intelijen) demi
kepentingan NKRI.

Dalam kajian geopolitik, tidak akan dibahas secara detail fakta yang berserak seperti terbitnya surat dari
persekutuan Gereja Injil (GIDI), kelambatan aparat merespon situasi, atau masalah speaker masjid yang dijadikan kambing hitam, dan sebagainya, karena itu fakta yang sudah lama ada.

Namun, kajian akan mencermati pola-pola dan modus kolonialisme dari berbagai kejadian
sebelumnya, seperti adanya pihak ketiga atau "penumpang gelap" dari asing yang bermain di atas fakta-fakta itu dengan target adalah konflik komunal antar- umat beragama di Papua, lalu konflik horizontal
Islam-Kristen. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015