Surabaya (Antara Jatim) - Anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) yang bergerak di bidang sayuran beku, PT Mitratani Dua Tujuh meningkatkan ekspor kedelai edamame dengan memperluas pasarnya ke Eropa dan Amerika Serikat.


"Langkah ini dilakukan sebagai bentuk diversifikasi pasar ekspor yang selama ini banyak terkonsentrasi ke Jepang," kata Direktur Mitratani Wasis Pramono, di Surabaya, Selasa.


Ia mengungkapkan, hingga Mei 2015 ekspor edamame Mitratani ke Eropa dan AS mencapai 575 ton. Namun sampai akhir tahun 2015 ditargetkan bisa mengekspor 1.200 ton edamame ke Eropa dan AS dari total ekspor ke seluruh negara yang ditargetkan bisa mencapai 7.578 ton.


"Tren ekspor ke Eropa dan AS terus meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi pasar di sana sangat prospektif," ujarnya.


Pada tahun 2014, jelas dia, ekspor edamame Mitratani ke Eropa dan AS mencapai 627,7 ton. Akan tetapi volume ekspornya pada tahun 2013 sebesar 511,1 ton.


"Tahun ini, kami membidik pendapatan Rp191 miliar. Angka itu tumbuh 36 persen dibandingkan 2014 sebesar Rp140 miliar dengan mayoritas penjualan dikontribusi oleh ekspor yang mencapai Rp166,34 miliar," katanya.


Secara total, tambah dia, diharapkan penjualan berbagai macam sayuran pada tahun 2015 mencapai 9.395 ton atau sekitar 36,4 persen dibandingkan realisasi 2014 sebesar 6.889 ton. Sementara, dari target penjualan pada tahun ini maka sebanyak 7.578 ton merupakan produk untuk ekspor.


"Kemudian, sisanya 1.817 ton untuk pasar lokal. Kalau sekitar 80 persen produk kami diekspor ke Jepang, sisanya baru ke beberapa negara lain, termasuk Eropa dan AS," katanya.


Saat ini, kata dia, kedelai edamame masih mendominasi penjualan Mitratani. Ekspor edamame tahun ini ditargetkan mencapai 6.016 ton atau naik sekitar 47 persen dibanding realisasi ekspor 2014 sebesar 4.097 ton.


"Penjualan ekspor lainnya datang dari komoditas okra dan buncis, masing-masing sebesar 1.386 ton dan 176 ton," katanya.


Ia melanjutkan, seperti halnya di Jepang maka persyaratan untuk bisa ekspor ke Eropa dan AS sangat ketat, terutama terkait higienitas. Salah satu penunjang persyaratannya adalah audit oleh British Retail Consortium (BRC). Sertifikasi BRC terkait keamanan dan kualitas pangan harus terus diperbarui.


"Kami juga mesti bersedia diaudit secara langsung oleh pihak ketiga setiap tahunnya. Untuk itu, sertifikat BRC ini merupakan syarat bagi produsen makanan yang ingin memasarkan produknya ke  pasar Eropa dan Amerika Serikat," katanya.(*)

Pewarta: Ayu Citra Sukma Rahayu

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015