Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Ketua PWNU Jawa Timur HM Sholeh Hayat menegaskan bahwa ada peluang "hilal" (rembulan usia muda sebagai penanda pergantian kalender) bisa dirukyat (dilihat secara kasat mata).
"Saat ini, lebih dari 61 titik lokasi rukyat se-Indonesia, jadi bila tidak terhalang mendung ada potensi rukyat akan berhasil, sehingga 1 Syawal akan berpotensi sama pada Jumat 17 Juli," katanya kepada Antara di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, Kepala LAPAN Thomas Jamaludin sudah menyatakan irtifak/ketinggian hilal yang kurang dari 3 derajat itu secara astronomi akan sulit dilihat hilal-nya.
"Tapi, analisis 'garapan' para ulama hisab di Badan Hisab Rukyat Jatim justru sebaliknya dengan merujuk 20 sistem atau kitab terkait irtifak hilal di akhir Ramadhan 1436 H," katanya.
Ke-20 sistem itu terbagi tiga cara hisab yakni delapan sistem atau kitab yang menghasilkan hitungan ketinggian hilal antara 2,05 sampai 2,58 derajat.
"Delapan sistem atau kitab itu adalah Durusul Falaqiyah, Ephimeris Hisab Rukyat, Bulugh al Wathor, Asy Syahru, Tsamarotul Fighr, Ittifa' Dzatil Bain, dan Ad Darul Anik," katanya.
Selanjutnya, 10 kitab hisab rujukan yang menghasilkan hitungan ketinggian hilal 03,2 derajat sampai 03,29 derajat.
Ke-10 kitab rujukan dimaksud adalah Khulashoh al Wafiyah, New Comb, Matlaus Said, Durrul Mastlup, Hakiki, Qowaidul Falaqiyah, Tashilul Misatsal, dan Nurul Anwar.
"Dua kitab lainnya yakni Salaf Sullamun Nayyiren dan Fathurrouf fil Manannan, bahkan menghitung ketinggian hilal pada 29 Ramadhan 1436 H mencapai 04,45 sampai 04,59 derajat," katanya.
Artinya, ke-20 sistem tersebut menghitung ijtimak akhir Ramadhan dengan kesepakatan yang sama yakni terjadi hari Kamis 16 Juli sekitar jam 07.39 WIB sampai 09.00 WIB. "Jadi, usia Ramadhan hanya 29 hari dan 1 Syawal pun jatuh pada hari Jumat 17 Juli," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Saat ini, lebih dari 61 titik lokasi rukyat se-Indonesia, jadi bila tidak terhalang mendung ada potensi rukyat akan berhasil, sehingga 1 Syawal akan berpotensi sama pada Jumat 17 Juli," katanya kepada Antara di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, Kepala LAPAN Thomas Jamaludin sudah menyatakan irtifak/ketinggian hilal yang kurang dari 3 derajat itu secara astronomi akan sulit dilihat hilal-nya.
"Tapi, analisis 'garapan' para ulama hisab di Badan Hisab Rukyat Jatim justru sebaliknya dengan merujuk 20 sistem atau kitab terkait irtifak hilal di akhir Ramadhan 1436 H," katanya.
Ke-20 sistem itu terbagi tiga cara hisab yakni delapan sistem atau kitab yang menghasilkan hitungan ketinggian hilal antara 2,05 sampai 2,58 derajat.
"Delapan sistem atau kitab itu adalah Durusul Falaqiyah, Ephimeris Hisab Rukyat, Bulugh al Wathor, Asy Syahru, Tsamarotul Fighr, Ittifa' Dzatil Bain, dan Ad Darul Anik," katanya.
Selanjutnya, 10 kitab hisab rujukan yang menghasilkan hitungan ketinggian hilal 03,2 derajat sampai 03,29 derajat.
Ke-10 kitab rujukan dimaksud adalah Khulashoh al Wafiyah, New Comb, Matlaus Said, Durrul Mastlup, Hakiki, Qowaidul Falaqiyah, Tashilul Misatsal, dan Nurul Anwar.
"Dua kitab lainnya yakni Salaf Sullamun Nayyiren dan Fathurrouf fil Manannan, bahkan menghitung ketinggian hilal pada 29 Ramadhan 1436 H mencapai 04,45 sampai 04,59 derajat," katanya.
Artinya, ke-20 sistem tersebut menghitung ijtimak akhir Ramadhan dengan kesepakatan yang sama yakni terjadi hari Kamis 16 Juli sekitar jam 07.39 WIB sampai 09.00 WIB. "Jadi, usia Ramadhan hanya 29 hari dan 1 Syawal pun jatuh pada hari Jumat 17 Juli," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015