Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Surabaya akan membuat sejumlah jalan alternatif untuk mengurai kemacetan lalu lintas di sejumlah kawasan di Kota Pahlawan itu.

Kepala Bidang Perancangan dan Pemanfaatan Dinas Bina Marga dan Pematusan (DBMP) Kota Surabaya, Ganjar Siswo Pramono, di Surabaya, Minggu, mengakui pertumbuhan jalan di Kota Pahlawan itu tidak seimbang dengan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat.

"Jalan altenatif ini solusi untuk mengurai kemacetan di sebuah kawasan. Salah satunya mempergunakan jalan yang ada di perumahan," katanya.

Hanya saja, lanjut dia, rencana ini sempat mendapat halangan dari warga setempat dengan alasan mereka takut terganggu ketika akses jalan di perumahan tersebut dilalui warga umum.

Tidak itu saja, lanjut dia, kendala lainnya adalah akses jalan perumahan banyak yang ditutup dengan portal. "Memang ada beberapa perumahan yang akses jalannya bisa dilalui oleh pengguna umum. Namun masih banyak perumahan yang tertutup rapat sehingga sulit dipakai sebagai jalan alternatif," katanya.

Pengamat Tata Kota Universitas Kristen Petra Benny Purbantanu mendukung rencana pemkot dengan membuat jalan alternatif.  "Kami berharap segera direalisasikan mengingat  membuat jalan baru sangat sulit, sementara kendaraan bermotor terus meroket jumlahnya," katanya.

Ia mengatakan pemanfaatan jalan perumahan untuk jalan alternatif cukup bagus karena selama ini jalan perumahan hanya digunakan untuk warganya saja, padahal bisa dimanfaatkan sebagai jalan umum.

Sementara  itu sesuai dengan Perda Nomor 10 Tahun 2010 tentang ketentuan penggunaan jalan, telah diatur soal pemasangan portal, atau polisi tidur di jalan. "Masyarakat tidak bisa seenaknya membangun pagar atau polisi tidur karena ada prosedurnya," katanya.

Namun kenyataan di lapangan, banyak jalan tembus atau jalan aternatif terutama di kawasan perumahan ditutup dengan pagar besi atau portal, di antaranya di kawasan Darmo Satelit, dimana setiap jalan alternatif dibangun pagar tinggi sehingga tak bisa dilalui kendaraan.

Adapun yang paling parah ada di Jl Ketupa, yang merupakan jalan umum sekarang ditutup dengan pagar. Akibatnya, ketika ada kemacetan di Jl Kusuma Bangsa, jalan ini tak bisa dijadikan sebagai jalan pengurai kemacetan. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015