Surabaya (Antara Jatim) - Tujuh mahasiswa Mahidol University Thailand yang sedang mengikuti "Summer Program" di Universitas Surabaya mengenali Surabaya lewat busana bertema "Surabaya" yang merupakan karya mahasiwa Fakultas Industri Kreatif Ubaya.
     
"Kami ingin mengenalkan Surabaya kepada mahasiswa asing dengan cara lain, karena itu kami minta mahasiswa Ubaya untuk merancang busana bertema Surabaya yang dikenakan mereka," kata dosen mata kuliah Rupa Dasar FIK Ubaya, Guguh Sujatmiko  M.Ds, di sela 'fashion' ketujuh mahasiswa itu di Selasar FF Ubaya, Jumat.
     
Tema busana mereka antara lain mangrove (tanaman bakau), bamboo on fire (bambu runcing), sakurabaya (bunga sakura di Surabaya), taman remaja (taman bermain di Surabaya), monkasel (monumen kapal selam di Surabaya), dan Surabaya green and clean.
     
"Awalnya, para mahasiswa Thailand itu agak keberatan, namun setelah diberi pengertian bahwa 'fashion' itu bersifat kejutan bagi mereka untuk mengenal Surabaya lewat busana karya para mahasiswa yang langsung disaksikan para mahasiswa," katanya.
     
Ketujuh busana itu juga menandai "Closing Ceremony" para peserta "Summer Program" di Ubaya. Ada 10 mahasiswa Thailand yang mengikuti Summer Program di Fakultas Farmasi (FF) Ubaya selama satu bulan sejak 1 Juni hingga 28 Juni 2015.
     
Namun, hanya ada tujuh dari 10 mahasiswa Thailand yang terlibat yakni Fonthip Thongsombutpanitch, Areerat Chunhacha, Chadatip Pattarapiboonpong, Sitanan Chityam, Suchananan Chokesinlapasart, Waralee Asanawittaya, dan Piriyaporn Puttanapitak.
     
Guguh Sujatmiko menambahkan karya mahasiswa FIK Ubaua itu menekankan pada kreasi pengolah an bahan dasar dengan hasil akhir busana yang memiliki estetika dalam bahan, warna, dan komposisi, namun tetap menemukan kekhasan serta keunikan yang melegenda di Surabaya.
     
"Dalam waktu dua bulan, para mahasiswi itu menggarap karya secara berkelompok 2-3 orang. Mereka memanfaatkan bahan bekas pakai seperti tutup botol, botol, karet maket, kepingan DVD, kayu rotan, kertas, kain, dan kawat, yang disulap menjadi busana yang memiliki nilai estetika," katanya.
     
Menurut Vinna Aprilia yang merancang busana "Bamboo on Fire" bersama dua rekannya, karya mereka itu dilatarbelakangi sejarah bambu runcing saat pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya, lalu mereka merancang desain selama seminggu.
     
"Saya mengerjakan bersama dua rekan saya, Maria Giovanni dan Elissa Ping Tan. Awalnya, kami searching internet dan menemukan ide bambu runcing," kata mahasiswi semester 4 Jurusan Desain Fashion pada FIK Ubaya itu.
     
Karena mengambil tema bambu runcing, katanya, mereka harus memakai pipa paralon dan agak kesulitan untuk menyesuaikan agar pipa itu terasa nyaman saat dipadukan pada busana yang dirancang, karena itu mereka merangkai dengan beberapa bahan dari kabel, kertas, karet, kawat, dan botol bekas.
     
Lain halnya dengan Salsabila Chatib yang merupakan salah satu mahasiswa pembuat baju Sakurabaya. "Saya ada aksen lampu. Saya sengaja memasukkan ide lampu karena saya ingin sesuatu yang berbeda. Namun saya juga mengalami kendala dari sumber tenaga, karena nggak mengerti sistem perkabelan," ujarnya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015