Probolinggo (Antara Jatim) - Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman menilai flasi bawang merah di tingkat pasar masih tinggi sehingga akan berakibat harga di tingkat petani lemah dan bisa berujung pada impor bawang merah.

     "Dalam temuan di tingkat petani harga bawang  merah hanya mencapai Rp8.000 per kilogram, sedangkan di tingkat pasar mencapai Rp14.000 per kilogram, sehingga muncullah permasalahan flasi  yaitu kotoran dari bawang merah yang dipotong 30 persen, sehingga  menyebabkan harga di tingkat petani jatuh," katanya ketika melakukan
operasi pasar di Pasar Dringu, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo,  Rabu.

     Ia mengatakan, untuk menstabilkan harga bawang merah itu, maka ia menginstruksikan Bulog mulai hari ini untuk membeli bawang merah tanpa flasi, sehingga petani tinggal tawar menawar mengenai harga dengan harga yang lebih bagus dari pada pihak lain.

     "Harga yang ditawarkan di tingkat pasar tadi Rp12.000 dengan flasi 15 persen, sehingga Bulog akan membeli bawang merah di tingkat petani tanpa flasi agar harga bawang merah di tingkat konsumen tidak tinggi dan tidak
melemahkan petani," paparnya.

     Lebih lanjut dia mengungkapkan dalam jual beli bawang merah, bisa terdapat 7-8 rantai pasokan yang
seharusnya cukup tiga saja yaitu antara petani, pelaku pasar, serta  konsumen, sehingga permasalahan flasi bisa dihapuskan.

    
"Probolinggo merupakan salah satu lumbung bawang merah dengan hasil produksi 40 ribu ton. Departemen Pertanian mendukung sarana produksi mulai bantuan bibit 50 hektare secara gratis, kebutuhan alsintan, pupuk,
benih agar hasil bawang merah berkualitas," ujarnya.

     Ia meminta kepada pemerintah daerah agar pemasaran bawang merah tidak dilemahkan supaya petani juga tidak lemah dan akan memperbaiki sektor tata niaga serta sarana produksi, sehingga produktifitas bawang merah
meningkat.

     Sementara itu, Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu mengatakan ketika tanggal 10 Juni harga bawang merah di Kramat Jati, Jakarta mencapai Rp35.000 hingga Rp40.000 per kilogram, kemudian  pihaknya berencana untuk operasi pasar yang mengakibatkan harga bawang merah turun ke harga Rp25.000 per kilogram. Ketika pihaknya dengan Kementerian Pertanian melakukan operasi pasar, harga bawang merah bisa
turun menjadi Rp18.000 per kilogram.

     "Di Jakarta harga  bawang merah sekarang sudah relatif normal setelah adanya operasi pasar.
Kami juga melakukan operasi pasar ke Sumatera Utara, Medan, Bandung, Surabaya, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, termasuk Papua agar harga bawang tidak terlalu mahal di tingkat konsumen," tandasnya.

 
   Dalam kesempatan yang sama, salah seorang pedangan bawang merah, H. Yusuf mengatakan besarnya permintaan flasi tengkulak terhadap pedagang sebesar 15 persen memang sangat memberatkan para pedagang bawang.

    
"Flasi sama dengan bonus karena adanya flasi sebesar 10 hingga 15 persen itu untuk menukar kondisi bawang merah yang terkadang rusak atau kadar air bawang merah yang masih tinggi. Jika tengkulak membeli bawang
merah sebanyak 10 kuintal, maka dikenakan flasi sesuai dengan kesepakatan antar tengkulak dengan petani yang biasanya mencapai 10 hingga 15 persen atau setara 2 kilogram," ujarnya.

    
Menurutnya, adanya flasi tersebut untuk menghindari kerugian karena terkadang kondisi bawang merah bisa mengalami  penyusutan, seperti  pengalamannya beberapa waktu lalu yang membeli 8 kuintal bawang merah
susut menjadi 67 kilogram. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015